WELLCOME TO MY BLOG

di sini lo semua bakal dapat, liat, baca, dan sekaligus menilai coretan tangan dari seorang pendosa mengaku sebagai anak adam yang mungkin buat lo nantinya ya...., sekedar biasa (cuman buat ngisi kekosongan trus iseng nyoret-nyoret ga' penting), lumayan, bagus, jelek, atau jelek banget, ha ha ha... (garing + tengsin). tapi, apalah itu terserah apa yang ada di mind lo semua yang jelas gw secara sadar dan tanpa rasa terpaksa menulis isi di blog ini... SILAHKAN LO BACA APA YANG ADA DI SINI.
tanky bertubi-tubi

Selasa, 16 Agustus 2011

UNTITLE

saudaraku...

tidak semua alasan harus kamu tau...
ku katakan kau terlalu kaku menyikapi sesuatu,
mungkin aku salah, maaf, tapi yang kurasa seperti itu,
...mungkin juga aku yang belum terlalu mengerti kamu,

sehingga buatku, kamu terlalu sinis untuk seorang sepupu...
padahal dengan orang lain ku rasa sangat berbeda, misalnya sahabatku

aku bukan membanding-bandingkan...
tapi ini yang nyata di penglihatan....

16 Agustus 2011, 03.34pm

Jumat, 12 Agustus 2011

ROSA… ITU DIA

Dari kejauhan aku menatapnya, yakinku itu dia
Lalu aku berani lebih dekat dari tempat berdirinya
Belum dan tak berani menyapa, dia sibuk dengan teman wanitanya
Hanya mencuri pandang dan harap mata indahnya sedetik melihatku
Dari warna terang di bajunya
Lewat singkat tawa melebar bibirnya
Membuatku ingin semakin dekat dengannya
Sampai aku sedikit lagi lebih dekat
Entah kenapa jantung ini mendegupkan namanya

Rosa… itu dia
Senyumnya mengembang lagi dan yakin itu untukku
Sejak dulu wajahnya tak bisa berlalu
Sejenak hilang tapi saat itu pula kembali merayu
Menggoda pikiran untuk selalu rindu

Rosa… dia datang lagi
Dengan sapa hangat yang dulu diberi untukku
Memandangnya memerahkan wajahku
Menghentikan aliran darahku
Sapaannya mengunci lidahku
Menahan hembusan nafasku

Hingga dia kembali berlalu dari pandanganku
Tapi masih dengan senyuman itu

Rosa… itu dia, gadis beliaku dulu…


Ahad, 24 Juli 2011, 09.20pm

JANGAN KAU ANGGAP

Aku diam bukan karena kau tak bisa berbuat hal yang sama
Hanya saja sebelumnya aku menghargaimu sebagai wanita
Aku diam bukan berarti aku tak sakit hati
Tapi sejak awal aku tak pernah berniat menyakiti
Kamu…
Hatimu…
Bila sekarang terbalik, tak mengapa
Justru ini yang terbaik untukku tau
Siapa kamu…
Bagaimana dirimu…
Seperti apa hatimu…
Tak apa… sungguh, tak apa
Jangan anggap aku tak bisa berbuat hal yang sama
Jangan anggap aku tak bisa membuatmu sakit hati
Jangan anggap aku selamanya menepati ucapanku
Jangan pula kau anggap aku akan selalu setia
Jangan pernah anggap aku tak bisa berpaling
Jangan juga kau anggap aku tak bisa melakukan semuanya
Jangan anggap…, karena kau bisa
Hanya saja kau menghargai ucapanku
Janjiku…
Setiaku…

Tapi dengan keadaan seperti ini
Pilihanmu untuk pergi
Keputusan yang kau buat sendiri
Dan kesalahan yang tak bisa kutoleri
Aku takkan berharap kau kembali, lagi
Kau pasti terganti
Di hati, aku janji
Mungkin belum untuk saat ini, tapi nanti
Dan itu pasti tak lama lagi

Jalani harimu dengannya karena kau yang memilihnya
Dan jangan lagi lakukan kesalahan yang sama sebelumnya
Jangan pernah berjanji untuk hal yang belum tentu bisa kau tepati
Jangan banyak meminta bila belum ada yang bisa kau beri

Bila nanti kau temukan jalan buntu
Kuizinkan kau kembali
Tapi dengan perasaan yang berbeda
Meski jalan kita tak lagi sama
Jangan anggap aku akan acuh saat kau butuh
Aku akan selalu peduli
Tapi tentu dengn perasaan yang berbeda
Takkan lagi bisa seperti dulu
Sabtu, 13 Agustus 2011. 12.00am

Kamis, 21 April 2011

UAN ; UJIAN ADU NASIB

Bicara masalah pendidikan mungkin rada susah, secara pendidikan kita ga’ pernah luput dari yang namanya masalah. Ingat aja deh, mulai dari sistem yang selalu dirombak (KTSPlah, SKSlah, KBKlah, apalah) , namanya juga ga’ habis-habisnya buat dirubah (UN, UAN, UNAS, beberapa tahun ke depan ga’ tau pake nama apa lagi) tanpa terkecuali tajuk sekolahnya yang ga’ punya kepribadian (SLTA, SMU, SMA, yang konsisten cuman SD doang yang lain mah ga’). Apapun itu terserahlah ya? Bukan urusan kita juga, kalau masalah yang kayak gitu serahin aja semua ama pejabat tinggi yang memang punya kuasa, kalau kita mah, tinggal nunggu hasil musyawarah mereka terus complain kalau memang kita ga’ nyaman ama hasil itu (termasuk juga kalau ga’ ada duit pelicinnya).
Nah talk about UAN, sedikit jengkel sih, eh, sorry jengkel banget malahan. Masa belajar kita yang tiga tahun cuman dihargai dalam waktu ga’ lebih dari lima hari doang. Itu masalah ujian yang soalnya langsung dari pusat lalu apa kabar ujian sekolah ? yup, tahun diberlakukannya standar kelulusan untuk 3 mata pelajaran yang dari pusat, mata pelajaran yang diUASkan asli tidak menjadi tolak ukur kelulusan siswa hingga tahun 2010 yang lalu.
Jujur, gw bisa ngeluh seperti ini karena memang gw juga ga’ lulus UAN di tahun 2006 yang lalu, sempat ditawarin buat ikut ujian penyesuaian Paket C tapi gw dan ketika ga’ lulus malah di ajuin buat ikut ujian penyesuaian (disamakan; seperti) orang-orang yang tidak pernah bersekolah SMA selama 3 tahun. Males ga’ lo? Yup, gw juga. Akhirnya kami sepakat untuk ikut ujian tahun depan. Kekesalan ga’ hanya dari gw ataupun teman-teman yang lulus ataupun ga’ lulus tapi juga dari guru-guru kami. Buat gw sendiri ini sulit dipercaya, (bukan maksud gw sombong) di kelas gw ga’ terlalu pinter tapi untuk siswa yang menjadi nomor tiga, otak gw masih bisa diandelin buat mecahin masalah yang dikasi guru di kelas. Jangankan gw yang diperingkat tiga, peringkat dua di kelas gw aja ga’ lulus juga. Saat itu gw mengambil jurusan IPA, untuk menghadapi UAN jauh-jauh hari kami udah mempersiapkan diri dengan belajar, kemana-mana yang namanya buku ga’ pernah lepas dari tangan, nunggu waktu shalat bahkan sampai antri nunggu giliran mandi aja pasti buka buku. gw sendiri sadar dengan kelemahan dalam pelajaran matematika maka dari itu gw lebih mentingin matematika saat belajar. Dalam seminggu belajar bahasa Inggris hanya gw fokusin dalam sehari, bahasa Indonesia dua hari dan sisanya gw tempa diri dengan belajar matematika. Persiapan ujian belajar mati-matian untuk lulus (tujuan utama kita adalah lulus, ga’ ada yang lain) tapi hasil yang ada justru berbanding terbalik dengan usaha yang udah gw lakuin sebelumnya. Nilai gw jatuh di matematika 3,36 sedangkan standar nilai saat itu adalah 4,00, bahasa Indonesia gw cuman dapet 7,xx dan bahasa Inggris gw dapet 9,xx.
Teman-teman yang lulus kebanyakan yang kemampuannya jauh di bawah kami yang tidak lulus, di sana mereka yang nakal, sulit di atur, tidak serius belajar. Saya begitu faham dengan keadaan dan sifat mereka karena kami berada dalam satu asrama dan dikarantina dalam satu kamar. Ketika tahun 2007 gw sendiri ikut ujian berbeda 180 derajat dengan yang pernah gw lakuin untuk menghadapi UAN tahun sebelumnya, menghadapi UAN tahun 2007 gw ga’ pernah nyentuh buku sedikitpun tapi hasil yang keluar nilai matematika 6,00 meskipun segitu, nilai gw paling tinggi di antara teman-teman yang ikut ujian. Jadi kesimpulannya UAN adalah Ujian Adu Nasib.
Tapi Ujian Nasional tahun ini kayaknya udah bisa ngasi angin segar buat seluruh siswa SMA khususnya, karena nilai dari pelajaran yang di UASkan bisa digunakan sebagai aspek kelulusan meskipun pengaruhnya cuman 40 %, ga’ apa-apalah, paling ga’ saat mereka ikut ujian sekolah nilai yang mereka peoleh ga’ sia-sia alias kebuang percuma.
Selain itu keunikan tersendiri yang selalu ada setiap kali mendekati atau tengah berlangsung Ujian Nasional di sekolah banyak yang mengadakan shalat duha, sarapan bersama sebelum masuk ruang ujian, tausyiah tentang ujian, shalat magrib berjamaah dan banyak lagi kegiatan positif saat-saat ujian berlangsung. “anak muda, waktu lagi kesusahan aja pada mau nginjak masjid semuanya, ntar kalo susahnya udah ga’ ada, pada ngikut ngilang. Ga’ kenal masjid”. Canda sindir seorang lebai masjid saat kebanyakan pelajar SMA berbondong-bondong ke masjid. Ga’ apa-apalah, paling ga’ Ujian Nasional udah ngebawa hal yang positif buat para muda maskipun ini cuman sesaat dan mereka sadar bahwa saat berdekatan dengan Tuhan akan membawa hal yang baik pula untuk ke depannya.
UNTUK ADIK-ADIKKU YANG SEDANG, AKAN, ATAU MASIH AKAN MENGHADAPI UJIAN. SEMOGA KALIAN SUKSES DAN MENDAPAT RIDHO DARI-NYA

By: dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.co
Mansy. Siroj Priamitra 19 April 2011, 11.33pm

PETUAH ATASAN

ketika berbicara dengan orang yang lebih tua saya selalu menjadi pendengar yang baik, mengiyakan sesuatunya dengan mengangguk, mengucap kata “ya” dan sesekali menyela dengan apa yang ada di pikiran saya.
Ketika itu banyak nasihat dan kata-kata bertuah sudah pasti ada dan akan selalu saya tanamkan di otak saya. Mungkin saja suatu saat nanti ketika berhadapan dengan sesuatu hal apapun itu kedepannya baik atau buruk, nasihat yang mereka berikan bisa jadi panduan dan referensi saya dalam meutuskan segala sesuatunya.
Hari ini ekitar jam sepuluh pagi, saat salah seorang rekan kerja di ruangan saya, Riyan (bukan nama sebenarnya), tidak bisa bekerja seperti biasa dikarenakan kondisinya yang kurang mendukung untuk masuk bekerja sejak kemarin. “kemarin dia ikut demo ya?” Tanya Pimpinan saat melihat rekan saya tidak ada di meja kerjanya. Saya dan satu rekan yang masih dalam ruangan itu menjawab tentang kondisinya yang sejak kemarin sehingga tidak memungkinkan dia masuk kerja sampai hari ini. Pimpinan memaklumi kondisinya sambil memeberi kami petuah. (dimulai dari sini)
“semua apa yang kita dapat berdasarkan apa yang kita perbuat, contohnya saja saat bekerja seperti ini mungkin pernah tidak amanah dengan pekerjaan dan tanggung jawab. Akhirnya hasil yang kita dapat tidak barokah malah mendatangkan susah untuk diri sendiri” kurang lebih seperti itu yang beliau katakan. (sebelumnya maaf, bukan maksud mengunjing rekan kerja) memang belakangan ini beberapa pegawai lainnya merasa kecewa dengan kinerja rekan seruangan saya yang satu ini. Bagaimana tidak beberapa pekerjaan yang dijanjikannya akan selesai dalam sehari malah sering molor hingga tiga sampai empat hari waktu penyelesaiannya. Padahal laptop kantor dipercayakan kepadanya untuk dibawa pulang agar beberapa pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan bisa dibawa pulang tapi hal tersebut tidak berpengaruh dalam kinerjanya. Pernah juga dia berinisiatif sendiri untuk mengambil peralatan kantor yang sudah selesai direparasi, cukup lama dia tidak kembali ke kantor setelah berkata bahwa dia yang akan mengambil sendiri property tersebut. Atasan langsung meneleponnya tentang masalah tersebut “maaf bos, saya masih di balai kantor desa karena ada masalah. Sebentar lagi saya akan ambil sendiri ke sana”. Pimpinan mana yang tidak jengkel, merasa disepelekan perintah yang ditugaskan pada bawahannya. Tentang kinerjanya itu sebenarnya pimpinan tidak terlalu mempersoalkan karena masih ada saya dan satu rekan seruangan Riyan yang bisa meng-handle pekerjaan yang sekiranya harus dikerjakan saat Riyan tidak ada. Tapi Pimpinan mulai sedikit tidak enak hati saat beberapa kali pegawainya yang lain sering mengeluh tentang kinerja Riyan
Saat ada rapat koordinasi, evaluasi dan pembagian tugas, Riyan diberikan tugas khusus untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan saja sedangkan urusan yang menyangkut kepegawaian lainnya langsung berurusan pada saya dan rekan yang satunya lagi. Tapi tetap saja ini malah membuatnya semakin ringan untuk bekerja semaunya. Saat Pimpinan harus pulang lebih awal, Riyan pun izin keluar kantor untuk suatu keperluan yang hanya dia sendiri yang tau, tetapi anehnya sampai jam kantor usai dia tidak kembali, itu terjadi tidak hanya sekali atau dua kali, tapi berkali-kali.
“bekerjalah sungguh-sungguh sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawab masing-masing, saya tidak semata-mata memberi kalian pekerjaan tapi saya awasi dan saya nilai sendiri kinerja kalian”. Beliau juga mengatakan bahwa pengasilan yang kecil jangan dijadikan alasan untuk bekerja semaunya karena uang itu bisa datang lewat dan sisi manapun tergantung yang Memberi (sambil menunjukkan jarinya). Ditambahkan lagi jika barokah pekerjaan kita bukan berasal dari bentuk pekerjaan atau tanggung jawab yang kita emban tapi lebih pada kepuasan orang yang memberi kita tanggung jawab dan kepuasan semua aspek di sekekliling kita yang merasakan langsung efek dari pekerjaan dan tanggung jawab kita, disitulah inti barokah itu. “jika sudah seperti ini uang itu bisa datang dari mana saja, tidak selalu dari gaji kita” lanjutnya lagi sambil sesekali menepuk paha dan menyentuh tangan saya.
“jangan pernah berkata bahwa, ini milik saya, ini hasil saya. Jangan!” saya pun menangkap dan mengiyakan pernyataan beliau tentang hal tersebut. Kita hanya manusia, kita bukanlah apa-apa jika tidak ada Tuhan yang menjalankan darah, menggerakkan organ, dan membiarkan udara setiap harinya untuk kita hirup, karena semua yang ada di diri kita atau di sekeliling kita bukanlah milik kita, kita hanya dipinjamkan untuk kita jaga dan kita jalankan sesuai rule yang ada.
“saya seorang bapak bagi anak-anak saya, bukan maksud saya menyanjung diri saya, tapi beginilah saya. Saya melakukan semua, berjuang untuk keluarga saya” kata beliau yang buat saya itu kata yang tulus (sepanjang beliau berbicara saya menatap matanya). Banyak orang bilang tentang hidup anak-anak pimpinan saya yang enak bisa menjadi anak orang kaya dan sayapun sempat berpikir sama tapi saat ini pandangan saya berubah dan itu karena suatu hal yang yang belum pernah beliau ceritakan kepada orang lain tentang segala sesuatu yang dimiliki anak-anaknya. Beliau menyimpulkan ada tiga tipe orang tua, pembimbing, (orang tua) penonton dan membuat kapok (jera). Belia juga membandingkan seorang penjual bahan material (seperti biasa beliau selalu meminta maaf, bukan niat membicarakan orang lain) yang ada di dusun sebelah yang sangat mereki/ perhitungan. Bagaimana tidak, anaknya sendiri yang menghutang bahan bangunan saja tidak diperbolehkan padahal itu anak sendiri “saat kita sakit bahkan mati nanti, yang mengurusi kita adalah anak-anak kita. Bukan orang lain” ini alasan beliau yang patut dibenarkan. Sama halnya dengan orang tua yang menonton anak-anaknya (sudah membesarkan dan menikahkan rasanya sudah cukup) tanpa berbuat sesuatu untuk kebaikan anak-anaknya padahal mereka bisa dan mampu melakukan itu. “tapi saya mencoba dan masih mencoba untuk penjadi orang tua sekaligus pembimbing untuk anak-anak dan menantu-menantu saya” kurang lebih itu maksud yang ingin ditunjukkan beliau kepada saya, memang semua anak-anak beliau sudah berkeluarga dan berumah sangat dengan dengan rumah beliau.
Satu hal lagi yang mungkin tidak banyak orang yang tau, saat melihat rumah anak-anaknya yang bisa dikatakan bagus dan berdiri beberapa waktu setelah mereka menikah, rasanya tidak mungkin melihat menantu dan anak-anaknya saat itu bukan pegawai negeri sipil (katakan saja seperti itu standar rata-rata tingkat kemapanan orang-orang kampung). Satu yang terpikir bahwa beliaulah yang membuatkan rumah untuk anak-anaknya. “memang benar dan wajar mereka mengatakan seperti itu karena yang terlihat di luarnya memang seperti itu, tapi mereka tidak tau kalau sebenarnya saat saya membangun itu untuk mereka sudah ada perjanjian bahwa mereka akan menyicil biaya pembangunannya” kesan dan pendapat orang sebelumnya salah, saat ini saya baru tau. “sama halnya dengan mobil, suami anak saya yang anggota polisi saya tawarkan mobil second saat mereka mau membeli mobil baru. Toh, mobil itu juga bekas ayahnya bukan orang lain. Lalu mereka membeli mobil itu dan saya membeli mobil baru untuk Gita (anaknya yang terakhir). Sekarang Gita sudah menikah, tanggung jawab saya sekarang tinggal memantau dan membimbing mereka” lanjutnya lagi. Satu lagi pelajaran yang dapat saya ambil yaitu kata beliau bahwa

“keberhasilan orang tua adalah saat meraka mampu membimbing anak-anaknya”

By: dadargguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. Siroj Priamitra Selasa, 19 April 2011, 04.20pm

ME AND POLICE’S STORY

Sebelumnya saya minta maaf jika nantinya menurut anda tulisan ini meremehkan sebuah instansi, jabatan, seseorang, atau apa saja yang menurut anda nantinya itu salah dan tidak perlu diucapkan, dipikirkan atau dituliskan. Dari itu saya mohon maaf.
Ini cerita mengenai pikiran dan pandangan saya (pikiran dan pandangan saya objektif; tidak selalu benar) tentang polisi yang beberapanya beranjak dari pengalaman saya sendiri dengan mereka.
Kejadian ini sekitar tahun 2007 yang lalu saat itu saya mengantar kakak perempuan saya ke pegadaian, setelah saya parkir dan langsung duduk di salah satu bangku panjang yang khusus disediakan di depan kantor pegadaian tersebut. Saya duduk sendiri cukup lama, sesekali saya beranjak dan masuk ke dalam pegadaian. Di sana antrian lumayan padat yang menurut saya tidak akan bisa pulang dengan cepat akhirnya saya keluar ruangan tersebut dan kembali duduk di tempat semula. Untuk mengurangi rasa bosan sesekali saya membuka dan mengutak-atik cellular. Tidak lama setelah itu seorang polisi dengan pakaian lengkapnya menghampiri bangku tempat saya duduk, mungkin sengaja mencari tempat duduk atau kasihan melihat saya cukup lama duduk sendiri di bangku tersebut. Tanpa memperkenalkan diri, tanpa berjabat tangan pula saya yakin kalau namanya adalah Herman karena nama yang tertera di seragam yang dipakainya. Ramah, ini kesan yang coba ditunjukkan kepada saya. Di luar image orang-orang sepertinya yang buat orang biasa seperti saya menganggapnya sangar, cuek, acuh dan sebagainya tapi untuk kali ini semua nggapan itu salah, atau mungkin ini hanya naluriah atau pembawaan seseorang saja terlepas dia itu siapa, backgroundnya apa, seperti apa dan bagaimana. Kita mengobrol cukup akrab seperti sudah terbiasa sebelumnya, dia bisa menjadikan apapun itu menjadi sebuah topik obrolan kami mulai dari pengalaman hidupnya, perjuangannya hingga masalah percintaannya yang pernah memboking wanita di salah satu balai yang ada di pantai pada suatu malam, dia juga pernah berhubungan dengan kekasihnya dan mengeluarkan cairan tubuhnya tidak kurang dari tujuh kali dalam sehari (saya tidak siap jika harus membicarakan ranah privasi saya kepada orang lain), “dari pada saya memperkosa tangan” itu alasannya. Dilanjutkan lagi, dia sempat konsultasi ke dokter tentang masalah tersebut. Katanya menurut dokter, berhubungan hingga melampaui batas seperti yang dilakukan tersebut tidaklah baik. Sebaiknya jika belum menikah jangan dilakukan, bila memang mau setidaknya dilakukan sekali dalam dua minggu, dia langsung mengetuk dengkul saya dan berkata “kalau orang ganteng seperti side ini, wah airnya sudah habis sering dibuang-buang” kurang lebih seperti itu yang dikatakannya sambil tertawa (saya lupa-lupa ingat). Saya berpikir dia hanya mau mengajarkan saya tentang bahaya pergaulan bebas yang tidak harus dilakukan oleh remaja belasan tahun seperti saya meski dengan cerita yang sengaja dikarang atau memang itu benar adanya tidaklah penting buat saya tapi yang jelas obrolan pagi itu memberi saya sedikit pengetahuan yang langsung dari sumbernya. Tidak lama setelah itu kakak perempuan yang saya tunggu sudah keluar dari ruangan pegadaian. Saya pun harus kembali pulang ke rumah. “kapan-kapan kita ngobrol lagi” saya menutup obrolan kami sambil memutar balik arah motor saya, dia hanya tersenyum dan mengangguk. Sampai saat ini saya tidak pernah bertemu kembali dengan sosok Herman, seorang anggota polisi yang ramah dan sudah memberi saya sedikit pelajaran yang berarti pagi itu.
Masih di tahun 2007 (seingat saya). Sore itu sedang ada pertandingan bola di daerah saya, Sumbawa Barat. Kebetulan saya sedang tidak ada kelas di kampus, saya dan beberapa teman saya akhirnya ke alun-alun kota untuk menyaksikan pertandingan bola sore itu. Di samping saya berdiri seorang polisi dewasa sepertinya. Berbeda dengan polisi yang saya ceritakan di atas tadi sebelumnya, kali ini bapak yang satu ini hanya berdiri dan menyorotkan pandangannya ke arah bola yang sedang di kejar-kejar 20 orang saat itu. Tidak lama seorang datang dengan suara motornya yang agak ribut buat saya (tempat berdiri saya di tepat di samping jalan raya), saya menoleh ke belakang rupanya yang datang adalah seorang polisi dengan tatanan rambut klimis ala Korea (meletakkan helm di spion motor yang tadi dikendarainya) lalu menghampiri polisi yang berdiri di samping saya. “rambut kau tu!” itu yang dikatakan bapak yang berdiri di samping saya, yakin kalimat tersebut diarahkan pada polisi yang baru saja datang (rambut depannya berponi lempar, tipis seperti gaya anak muda umumnya). Yang saya pikirkan adalah apakah seketat itu disiplin yang diterapkan untuk seorang anggota kepolisian? Atau mungkin hal tersebut berlaku ketika seorang polisi masih memakai seragam kerjanya?. Mungkin ini resiko menjadi aparat, beberapa haknya harus rela dipangkas (rambut kali…), bergaya saja tidak sebebas orang biasanya. Yah…, mungkin ini menjadi resiko orang seperti mereka!. Saya punya tiga orang teman dari anggota kepolisian. Seperti yang dikatakannya, mereka sudah terbiasa dengan hal-hal semacam itu bahkan mungkin lebih dari itu Karena semasa mereka dalam pendidikan mereka ditempa habis-habisan dan sangat keras dari yang mereka bayangkan sebelumnya. Hal tersebut bukan tidak beralasan, karena semua yang mereka dapatkan di pendidikan, mulai dari cacian, makian dari senior/pendidik mereka agar terbiasa karena nantinya saat mereka terjun melaksanakan tugas di tengah masyarakat mereka pasti akan menemukan hal-hal semacam itu bahkan mungkin resikonya jauh lebih besar dari apa yang mereka dapatkan sewaktu mereaka dalam masa pendidikan.
Selanjutnya di bulan agustus 2009, saat itu saya menjadi Pembina Pendamping pada event pramuka. Pagi itu kebetulan air di tenda kami sudah habis, saya akhirnya berinisiatif untuk ke luar bumi perkemahan untuk membeli air. Di sekitar bumi perkemahan tidak ada yang menjual air isi ulang, mau tidak mau saya ke tengah kota untuk mencari depot air isi ulang. Di jalan raya sekitar 200 meter di depan saja seorang polisi memberhentikan beberapa orang, reflek saya berhenti (sadar saya tidak membawa surat motor yang saya kendarai) dan memutar balik mengambil jalur lain yang polisinya tidak ada yang berjaga. Jalan yang saya lalui sangat lancar sampai saya menemukan depot air untuk mengisi galon kosong yang saya bawa dari bumi perkemahan. Ketika perjalanan kembali ke buper melewati persimpangan motor saya diberhentikan oleh seorang polisi. “(sambil hormat singkat) selamat pagi pak, maaf mengganggu perjalanannya tolong bisa dikeluarkan surat-suratnya?” sambil gugup saya mengeluarkan SIM dan STNK motor yang ada di dompet. Kebetulan kaca spion motor Suzuki yang saya kendarai tidak ada, saya ditanya tentang hal tersebut dan sayapun menjawab dengan alasan ini dan itu. Tidak lama melihat STNK yang saya berikan tadi saya dipersilahkan melanjutkan perjalanan. (yang masih membingungkan saya, STNK yang saya keluarkan adalah Thunder sedangkan motor yang saya kendarai Spin, saya yakin polisi tersebut bisa membaca dan masih bisa membedakan sesuatu termasuk model motor). Ternyata Polisi itu orang baik, biasanya plat kendaraan berbeda saja pasti langsung ditilang tapi pagi itu tidak sama sekali.
Tahun 2011, kejadian ini ketika saya dan 4 orang teman sedang berada di Lombok Timur, siang itu kondisi teman perempuan kami sedang sakit lalu saya dan seorang teman lagi membeli obat di apotik yang ada di kota sekitar lima kilometer jauhnya dari tempat kami menginap. Saat berhenti di traffic light, di depan sudah ada polisi yang berjaga dan di sekitarnya beberapa motor yang terparkir. Was-was, karena motor yang kami kendarai tidak ada kaca spionnya, terang saja gayung bersambut dan ulampun tiba, atau apalah itu peribahasanya, bapak polisi itu menaiki motornya dan menghampiri kami. “ke samping pak!” perintahnya. Selanjutnya tanpa meminta maaf seperti yang dilakukan polisi Sumbawa langsung meminta kami memperlihatkan surat dan sim. Semuanya tidak ada, SIM, STNK, spion, helm. Kunci motor dicabut dan kami diminta berjalan sampai ke pos. semuanya tentang kami berdua ditanya mulai dari nama, alamat, pekerjaan, dll. “bagaimana kamu ini, sudah tidak ada SIM, STNK, spion. Kalo helm yang dibelakang masih bisa tapi ini. Aduh” banyak alasan yang kami gunakan agar dapat telepas dan dibolehkan jalan tanpa ada yang harus ditunggu. Dengan alasan teman yang sakitpun rupanya tidak mempan, kami dibolehkan mencari obat untuk ke apotik tapi dompet beserta KTP ditahan sebagai jaminan kami akan kembali. di tengah mencari obat di perjalanan sambil kami mencari alasan-alasan jitu agar urusannya cepat selesai, karena hari itupun kami harus pulang ke Sumbawa. Setelah mendapatkan obat, kami langsung kembali ke pos polisi tadi, sempat diberikan surat tilang, sempat juga kami menolak dan berargumen dengan sekian banyak macam alasan. Akhirnya sampai di tahap damai, “kalau tidak mau kasih saya tujuh puluh lima ribu saja karena surat tilangnya sudah terlanjur ditulis, masalah sidang dan lainnya biar nanti urusan saya. Urusannya selesai kalian juga bisa cepat pulang ke Sumbawa” mendengar tawaran itu sepertinya angin segar untuk bisa sedikit bernafas, sempat menawar lima puluh ribu, tapi polisi itu mematok harga mati menjadi tujuh puluh ribu. Dari pada urusannya lebih panjang akhirnya uang tujuh puluh ribu kami ikhlaskan hilang dari dompet, toh itung-itung itu sudah menjadi harga yang kami bayar karena sudah melanggar peraturan. Bisa saja polisi tersebut meminta lebih dari itu karena kami orang Sumbawa (maklum di Lombok kata Sumbawa menjadi harga mahal jika menyangkut masalah uang) atau malah tetap mengharuskan kami mengikuti sidang dua hari kemudian yang padahal senin esok kami harus sudah ada Sumbawa untuk kembali bekerja. Pelajaran yang bisa diambi adalah polisi bisa tetap tegas dengan semua disiplin dan peraturan yang harus ditegakkan dan dijalankan tetapi polisi juga manusia yang punya perasaan, yang bisa mempertimbangkan semua konsekuensi dengan kondisi yang ada.

( don’t ever judge something from the cover)


By: dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. Siroj Priamitra 18 April 2011, 10.47

Jumat, 15 April 2011

BAWAHAN GOSIPIN ATASAN

“ lebih baik jada bawahan tapi jujur, daripada atasan munafik, sholat dan ceramah cuman jadi topeng doang”

Kurang lebih seperti itulah bunyi status yang saya tulis di salah satu akun jejaring social saya. Hal tersebut berawal saat saya berada di salah satu bank dan tidak sengaja bertemu dengan seorang teman. Kebetulan pula saat itu sedang hujan deras dan cukup lama. Kami memulai dengan mengobrol kecil, ringan hingga masuk ke ranah pekerjaan masing-masing. Saling sharing tentang pekerjaan, suka duka dan sebagainya.
“ga’ orang di pusat , di kabupaten sama aja” begitu katanya saat menyamakan anggota DPR yang sedang dibenci masyarakat dengan atasannya .
Tentang pekerjaan saya sendiri, saya mulai capek dan malas dengan pekerjaan ini. Jujur, Sebenarnya ini lebih kepada orang-orang yang berhubungan dengan pekerjaan yang membuat saya semakin tidak betah dengan pekerjaan saya yang sekarang ini. Sepertinya semua yang saya lakukan selalu saja salah, mulai dari file yang katanya hilang padahal file tersebut tidak pernah diberikan untuk saya kerjakan, data yang harus dipindahkan ke komputer dengan semua deadline kilat yang mereka targetkan untuk saya selesaikan yang memaksa saya untuk membawa pekerjaan itu ke rumah (tentunya dengan alat yang saya punya, bukan dengan fasilitas yang mereka berikan) dan di lain sisi pekerjaan yang mereka berikan untuk saya selesaikan tidak hanya satu, dua atau tiga, tapi banyak. Tidak berhenti sampai di situ saja kadang juga berkas tersebut beberapa kali harus direvisi yang membuat saya bingung kenapa saat direvisi tidak sekaligus tapi bisa sampai lebih dari empat kali dengan berkas yang sama mulai dari berkas asli yang harus dirubah, setelah dirubah berkas tersebut kembali lagi untuk mengikuti aslinya tadi yang belum dirubah akhirnya membuat kertas menjadi mubazir, lebih banyak kertas yang salah daripada yang terpakai, bingung sekaligus makan hati. Sempat suatu pagi saya dihadapkan dengan beberapa pekerjaan (menyelesaikan file) yang harus saya selesaikan, belum selesai satu pekerjaan, satu permintaan lagi agar cepat selesai, ditambah lagi untuk mencari file di PC saya, selanjutnya beberapa berkas lagi masuk untuk segera diselesaikan. Saat itu saya benar-benar blank, pikiran saya asli kosong, saya tidak tau harus mengerjakan yang mana, belum cukup di sini seorang lagi mengajukan berkasnya untuk mengantri saya selesaikan, karena saya sudah blank, reflex saya memukul kepala dengan kedua tangan saya. Beberapa orang di ruangan tersebut yang melihat itu tertawa dengan apa yang saya lakukan.
Kadang saya berpikir apakah saya yang kurang becus mendengar, membaca, melihat dan memahami coretan hasil revisi mereka atau mungkin mereka hanya mau menguji keuletan atau kesabaran saya melihat banyak pekerjaan tersebut. Jika hanya untuk melihat keuletan saja, semua orang juga akan lambat menyelesaikan pekerjaannya karena sudah terlanjur stress dengan pekerjaan yang banyak dan harus segera diselesaikan. Jika menguji kesabaran, semua orang juga akan merasa hilang kesabarannya dengan file yang dirasa sudah beres akan tetapi kembali dicoret dan harus direvisi berulang-ulang ditambah lagi dengan focusnya terbagi dengan deadeline pekerjaan lainnya yang mengantri untuk diselesaikan.
Saya sering merasa sakit hati dan iri jika membandingkan diri saya, pekerjaan saya dengan mereka, belum lagi jika saya tidak sengaja mendengar pembicaraan yang kurang baik tentang pekerjaan saya, ini makin menambah rasa sakit hati saya. “mentang-mentang orang gde, punya fee lebih, cuman nyuruh doank, mikir dikit. Giliran kerjaan kurang beres aja, omongannya sana-sini yang kita lakuin kayaknya remeh banget. Dikiraen kerja kita ga’ pake mikir juga apa?” kadang gerutu seperti itu sesekali ada.
Saya bukan orang yang gampang disanjung, dikasi duit atau apalah. Kadang ada orang yang harus disanjung, dupuji-puji dulu baru dikasi pekerjaan agar mau untuk segera diselesaikan. Ada juga orang yang bisa dikasi duit pelicin untuk sebuah pekerjaan. Tapi maaf itu bukan saya, saya akan menyelesaikan pekerjaan yang lebih dulu masuk ke meja saya (sesekali pekerjaan urgen harus saya dahulukan meski masuknya belakangan, biasanya dari pimpinan, “daripada gw dipecat! Gw juga ga’ mau ambil resiko kale!”). saya tidak munafik kalau saya juga butuh duit tapi saya tidak mau gara-gara uang tersebut nantinya justru membuat saya tersudut justru makin membuat saya sakit hati. saya hanya ingin mereka membaik-baikkan saya, jika ada pekerjaan yang buat mereka itu sebuah kesalahan yang tidak harus terjadi, besar, kecil, sepele ataupun fatal setidaknya langsung berbicara kepada saya tanpa harus berbicara dibelakang saya pada pegawai lainnya. Itu akan membuat saya berkecil hati dan merasa sakit.
Tapi dengan beberapa hal “negative” tersebut saya juga tidak menafikan bahwa di saat itu pula banyak canda dan hal-hal yang masih bisa membuat saya tertawa dan mencoba merasa betah dengan pekerjaan. Seandainya saya memilih keluar dari pekerjaan ini saya harus kerja apa lagi, mencari duit ke mana ke mana lagi, meminta uang pada orangtua untuk keperluan selanjutnya rasanya tidak mungkin. Dilema memang, maka dari itu saya lebih memilih untuk bertahan dengan semua resiko sakit hati dan kecewa nantinya (seandainya mungkin hal itu akan ada, semoga saja tidak).
Cukup dengan cerita pekerjaan saya yang menyedihkan, hik… hik.. hik… (nangis ceritanya nih). Selanjutnya cerita pekerjaan teman saya, sebut saja namanya Pian.
Pian, pria berumur 27 tahun (empat tahun lebih tua dari saya) bekerja di Disperindag Kabupaten. Saat itu dia sedang kesel dengan gajinya yang belum cair, ditambah lagi dompetnya kosong, sepeserpun tidak ada, belum lagi setiap lima hari dalam seminggu sejatinya dia harus masuk kantor dan lagi-lagi memerlukan uang bensin, ditambah lagi makannya, dll. “gw kalo mikirnya stress tau ga’ lo! Untung banget di lingkungan kantor gw ada rumah kakak, jadi bisa numpang makan siang” katanya sesal.
Dia juga menceritakan kekesalan tentang beberapa atasannya di kantor, dari yang pelit, cuek, tidak peduli bawahan, dan lain-lain (dari beberapa orang itu ada juga yang baik dan royal pada bawahannya. Ada yang pelit, pelit banget sampai-sampai duit sisa kembalian lima ratus rupiahpun dimereki. Memang benar tiga bulan terakhir ini gajinya belum cair, biasanya untuk awal tahun semua gaji pegawai dirapel karena dasarnya pegawai kelas bawah yang gajinya pas-pasan di bawah saju juta rupiah, tidak aga yang bisa dilakukan. Jadi Pian harus jeli mencari penghasilan lain di luar gajinya di kantor yang emang tidak seberapa jumlahnya. “ya…, gw harus pinter-pinter nyari kesempatan! Ngetikin tugas kuliah orang lain, bantu proses berkas orang-orang, apa ajalah yang penting dompet gw keisi. Kalo ngarep gaji yang ga’ keluar-keluar, jadinya ga’ bisa jajan, ga’ da bensin buat ke kampus, lo masih untung ga’ ngerokok!”. Itu katanya
Seperti halnya anggota DPR yang sibuk studi banding ke luar negeri, petinggi-petinggi di kabupaten juga juga ga’ jauh beda, hanya saja di kabupaten tingkatannya lebih rendah. Pian juga mengatakan bahwa akalnya pewagai eselon itu patut diacungi jempol, setiap bulan selalu saja absen masuk kantor, alasannya ada studi banding ke luar kota. Setiap ada yang mencari mereka ke kantor jawabannya tidak lain kalau bukan studi banding pasti bintek ke Jakarta, Bandung, Denpasar, alasan sakit tidak berlangsung di sini. “bayangin aja, di dalam satu bulan pasti ada aja jalan mereka huat studi banding ke luar. Palingan katanya bintek ke Jakarta tapi jalan-jalan ampe Mataram doang. Bukan apa-apa sih sekembalinya mereka dari agenda itu tidak ada hasil yang mereka bawa pulang, tapi kalo masalah duit mereka yang paling ga’ mau kurang, ngabisin duit doang. Kalau ditanya masalah anggaran, mereka lebih pinter, di sini duit yang masuk di putar-putar alias manipulasi anggaran. Ibadah tidak pernah telat, ceramah paling bisa tapi kalo masalah uang warna merah mata berubah jadi hijau “topeng doank” seperti itu yang diceritakan pada saya.
Sebenarnya kami masih mau mengobrol lebih lama lagi tapi hujan sepertinya mulai sedikit reda Pian juga masih ada jadwal kuliahnya sore itu. Jadinya kita berpencar dan saya mencari tempat untuk hostpotan.

By: dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. Siroj Priamitra, 15 April 2011, 12.12 am

Sabtu, 02 April 2011

SEBELUM 40 HARI

Ku melihat diri berdiri tegap terdiam di atas gumpalan awan
Tak ada yang menyelimuti raga hanya kabut langit kelabu
Tak ada udara, tak ada pula pasokan nafas pengalir darahku
Mata berkaca meratapi tubuh yang mulai lelah yang tetap tegap tak bergoyah
Menangis, tapi tak boleh membuat celah penyesalan
Masih tetap berdiri dengan mata yang sedetik lagi meneteskan embun

Lalu kurasakan tubuhku mulai berpeluh
Kucium bau lembabnya yang kasar dan tawar
Kudengar titikan tetesnya yang terjatuh
Sekali, dua kali, tiga kali dan lalu berkali-kali itu terjatuh meneteskan titik
Pelan sebenarnya tapi terlalu keras hingga memekakkan telinga

Setelah itu seakan gunung terjatuh tepat di atas kepalaku
Berat, hingga aku makin merunduk, duduk, menjongkok dan terkapar
Tak kuasa menahan beratnya yang semakin bertambah
Membunuh kekuatanku yang jauh dan makin mengecil

Tak ada waktu untuk mengembalikan tenagaku yang semula

Sesaat kemudian terlihat jasadku terikat
Tergantung,
Dikuliti,
Dagingnya terpisah,
Tulang belulangnya dipatahkan,
Hingga di akhir tak kukenali itu tubuhku yang dulu

Pasrahku kemudian dengan apa yang akan terjadi
Hanya maafku yang memohon untuk berhenti itu terjadi
Khilaf dalam sadarku, ini bukan kuasaku
Maafkan segala kesalahanku


Dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com. . Mansy. Siroj Priamitra, jum’at, 01 april 2011, 10.05

KEBETULAN

kebetulan aku ga’ sengaja ke pantai
kebetulan juga kita ketemu
kebetulan aku iseng ngebaca
kebetulan juga kamu datang
kebetulan aku sendiri saat itu
kebetulan juga kamu datang bareng temen kamu
kebetulan saat itu aku diem
kebetulan juga saat itu kamu rame
kebetulan aku senyum
kebetulan saat itu kamu ketawa riang
kebetulan aku penasaran sama kamu
kebetulan juga kamu ngasi nomer hape ke aku
kebetulan aku suka sama kamu
kebetulan juga kamu ngasi tanda itu
kebetulan saat aku inget kamu
kebetulan juga kamu jawab sms aku
kebetulan kita sama-sama suka
kebetulan kita masih sendiri
kebetulan kamu menyatakan cinta lebih dulu
kebetulan aku juga ingin memacarimu
kebetulan saat aku ingin serius
kebetulan pula ayahmu memasang harga terlampau tinggi
kebetulan sesudah itu kita banyak masalah
kebetulah juga kita sering tidak sesikap dan sejalan
kebetulan akhirnya kita putus
kebetulan, sudajlah semuanya….
Dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. Siroj Priamitra, 30 Maret 2011, 01 April 2011,. 10.45am

Selasa, 29 Maret 2011

PACAR 50 JUTA


“b3ibey…, bSok maLEm diAjk bapk Bwt mkan di Rumah,!!!”
kurang lebih begitulah isi pesan yang diterima Bama dari pacarnya, Wina. Sedikit kaget, bagaimana tidak sebagai pacar Bama tidak terlalu akrab dengan pak Yadi, calon bapak mertuanya itu. Selain jarang ketemu menurut Bama wajah calon bapak mertuanya itu membuat dia takut tiba-tiba mengajak makan malam. “udah tinggi, badannya gde, mukanya killer pula. Takut gw ama tampangnya yang nyeremin”
selama pacaran dengan Wina, tidak lebih dari sepuluh kali Bama bertemu dengan calon bapak mertuanya. Ketika bapaknya Wina sedang ada di rumah Bama sering tidak betah berlama-lama ngapel di rumah Wina, begitu pula saat papasan atau bertemu dengan bapaknya Wina di luar rumah Bama selalu saja menghindar atau sekedar mencari alasan agar tidak berlama-lama dengan calon bapak mertuanya itu.
Bama tidak tau sama sekali mengenai alasan sehingga pak Yadi mengundangnya ke rumah Wina untuk makan malam sekitar jam 7 malam. “kalo buat lebih kenal gw, kayaknya ga’ deh, soalnya kita beberapa kali ketemu dan ngobrol lumayan lama. Kalo buat tau seluk beluk keluarga gw kayaknya juga ga’ deh, Wian sama mamanya udah gw kasi tau semuanya. Apa dong? Jangan-jangan buat ngetes gw doang kali yah?. Bodo deh!”
Masalah ajakan makan malam nanti selalu itu saja yang dipikirkan Bama, pas kuliah, kerja, kumpul sama teman-teman bahan obrolannya selalul saja masalah yang satu itu. Hampir semua teman-temannya merasa bosan dengan topik obrolan mereka lalu beralih mengejek, meledek dan menggoda Bama akan calon bapak mertuanya yang bakalan punya niat yang lain di balik ajakannya untuk makan malam nanti di rumah pacarnya. “tunggu aja ntar Bam, gw yakin, pasti lo disuruh yang macem-macem. Siap aja deh lo?”
“beiBs…, jGn luPa ntaR mal3m yaCh??... gayA yg Kre3nz, bYr ga’ malu2in…” isi pesan yang mengingatkan Bama untuk ke rumah Wina pukul 7 malam nanti. Sedini mungkin Bama mempersiapkan semuanya, penampilan, bajunya, celana, sepatu, kaos kaki, sampai kendaraan yang akan dipakai nantinya. “ya elah Bam. Ajakan makan di rumah pacar aja ribet lo minta ampun, biasa aja deh” nasihat salah satu temannya yang melihat Bama sibuk dengan persiapan nanti malam. Bama tidak memperdulikan kata-kata temannya itu baginya malam nanti dia harus meyakinkan orang tua Wina terutama bapaknya bahwa dia cocok dan serasi dengan anaknya. “paling ga’ tuh bapak yakinlah kalo gw anak baek-baek, ga’ pernah maen-maen sama anaknya” itu jawaban yang dilontarkan untuk teman yang menasihatinya tadi.
Sebuah kesengajaan Bama datang agak telat. Beberapa pesan dari Wina mengingatkan Bama agar cepat datang tepat waktu. Grogi, nervous, itu yang dirasakan Bama yang berusaha melawan rasa ketidak percaya dirinya untuk bertemu orang tua Wina dan pastinya nanti akan diajak berbicara lebih intens hingga akhirnya Bama datang tidak terlalu telat.
Sampai di depan gerbang rumah, Wina yang berinisiatif membukakan gerbang untuk sang pacar lalu keduanya masuk. Bama bersalaman dengan kedua orang tua Wina dan langsung masuk ke temapt makan. “perasaan di luar ga’ ujan ya nak, tapi kok pacarmu telat yah?” begitu kata pak Yadi pada Wina, merasa dirinya disindir Bama hanya menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal. “sorry, aku grogi, tadi di jalan kebanyakan mikir. Hampir aja aku batal buat datang, baru datang aku udah dapat penyiksaan batin.” bisik Bama pada Wina yang sambil senyum melihat Bama yang masi gagu’.
Ketika di meja makan Bama hanya bisa diam, sesekali menjawab singkat pertanyaan yang dilontarkan pak Yadi padanya yang banyak bicara justru Wina sambil tersenyum ketika melihat pacarnya selalu mati gaya dengan semua pertanyaan dari bapaknya Wina. “Win, pacar kamu ini lagi diet ngomong yah. Kata-katanya irit sekali….”. skak mat Bama.
Selesai makan sekiranya Bama berharap jika penyiksaan batinnya sudah berakhir tapi tidak hal ini masih berlanjut dan saat itu di masjid dekat rumah baru dikumandangkan azan isya’. Saat mau pamit pulang pak Yadi menahan Bama agar jangan pulang dulu justru mengajaknya untuk shalat isya bersama di rumah. Tidak ada alasan yang tepat untuk menolak itu, kembali sedikit terpaksa Bama pasrah dengan mengiyakannya lalu mengambil wudhu. “Bama, kamu pake kopiahnya bapak. Jadi imam yah?” jder!!!, kepala Bama serasa mau pecah, berbagai alasan berusaha menolak, mengeles agar tidak jadi imam. Sekeras usaha Bama mencari alasan sesering itupun pak Yadi selalu menjawab agar Bama mau jadi imam. Pasrah, Bama akhirnya mau lalu sholat bertindak sebagai imam.”untung aja gw bisa hafal beberapa ayat” katanya dalam hati
Sesaat setelah sholat, keluarga ini mengajak Bama ke ruang tengah. Di sana mereka mengobrol, bercanda, tertawa dan sebagainya tapi tetap saja tidak membuat Bama untuk bisa berbicara banyak. Wina berinisiatif mengambil papan catur lalu meminta Bama dan bapaknya untuk bermain saat itu. Dari awal Bama tau kalau dia pasti kalah, soalnya di tidak terlalu bisa bermain catur. Lagi pula kalau dia jago main catur dia juga pasti akan mengalah untuk sang calon bapak mertua.
Nasihat dari kedua orang tua Wina sangat didengarkan Bama demikian pula dengan guyonan sebagai bumbu penyedap obrolannya tetap saja tidak membuar Bama tertawa, sebatas hanya sentum saja. “kalau Bama serius dengan Wina, silahkan siapkan 50 juta saja. Itu sudah cukup. Di luar itu jangan berharap bisa nikah dengan anak saya, kali ini saya serius. Kalau nak Bama mau dan siap” mendengar itu Bama semakin kagok dan mati kutu, tidak bisa berkata apa-apa lagi selain mengutak-atik dan memindah-mindahkan anak caturnya yang masih tersisa dan akhirnya tidak lama setelah itu Bama pamit pulang dengan alasan ada janji mengerjakan tugas bersama teman-temannya.
Setelah acara malam itu, Bama langsung menceritakan semuanya kepada temaan-temannya. Seperti biasanya tidak ada yang didapati Bama dari teman-temannya selain ketawaan dan ledekan. Hal ini pula yang menjadi bahan pikiran Bama.
DAN TIDAK LEBIH DARI 3 BULAN SETELAH MALAM ITU WINA DAN BAMA PUTUS!!!

Dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. Siroj Priamitra, 29 Maret 2011, 12.17am

RAYUAN GOMBAL LAKI-LAKI tapi garing. BUAT CEWE-CEWE KUDU HATI-HATI


1. Jika kamu bunga, maka akulah tangkainya. Akan ku jaga dan ku pertahankan kau agar tetap di sampingku (cuih…)
2. Saat kamu terjaga ijinkan aku yang selalu menemanimu. Saat kau terlelap biarkan aku yang selalu membelaimu (prêt…!)
3. Seribu bintang akan hilang saat kau berteduh di bawah langit malam. Sejuta bintang membentuk binaran di mata indahmu yang meredupkan terangnya cahaya bulan (wakakaka… ancur mina!)
4. Kamu percaya ga’ kalo semua bidadari itu punya sayap?. Aku ga’ tuh. Coba deh kamu balik belakang, tu kan, ga’ semua bidadari itu punya sayap! (muntah darah…!)
5. Kamu adalah sisi positif dan aku sisi negatifnya, sekali kita bertemu pasti akan timbul daya tarik. (hahay… magnet kale…)
6. Kau kuibaratkan dengan bola basket dan aku adalah keranjangnya. Aku selalu berharap suatu saat kau akan jatuh dan masuk ke dalam pelukanku (narsis najis…)
7. Aku selalu bimbang dalam menentukan arah, kadang ringan kadang pula berat. Aku butuh sesuatu untuk keseimbanganku. Kini aku semakin yakin bahwa kaulah neraca cintaku (beli berapa kilo mas…, atombua cie’…)
8. Cantik, tak harus lelah mencari belahan jiwa karena aku yakin kaulah tulang rusukku yang lama hilang (kuliah anatomi nih…)
9. Jika aku adalah poros putaran maka kamu adalah jarak radiusnya, dengan membuat satu lingkaran maka di situlah dunia tempat kita berdua (hahay…, peres!)
10. Aku adalah angka minus sedangkan kamu angka plus, tanpa kita sadari kita memang diciptakan sebagai pasangan yang saling melengkapi (garing banget tau…!?)
11. Liat deh, b8intangnya dikit banget yah, tau ga’ npa?, karena semuanya udah pindah ke mata kamu (alah…, basi!)
12. Cintaku sebesar dunia, seluas jagad raya ini kepadamu. Cintaku sedalam samudera, setinggi langit di angkasa, kepadamu (lyric lagu tuh, ga’ kreatif… ke laut aja sono)
13. Tiada lagi kata yang indah untuk diucap, karena kau terlalu indah untuk digambarkna dengan kata-kata. Tiada satu apapun yang bisa melukiskan wajahmu, karena rona pipimu mengalahkan sejuta cerahnya warna. (huah…, jayus!)
14. Kau adalah sebutir kristal yang mengilau, tak akan ku genggam erat, karena aku takut kau akan rapuh. Akupun tak juga melepaskan hingga jatuh ke tanah karena aku takut kau akan hancur. (wuidih…, parah… gombal stadium empat)
15. Bila kamu sedang sedih aku akan membuatmu tersenyum. Jika kamu kalut, letakkan gundahmu di pundakku. Jika ada yang menyakitimu, aku akan datang membelamu. (gw lagi kere nih, kasi gw duit dong!. Ada ga’?)
16. Kekuranganku memang tak sepadan dengan kelebihanmu, tapi setiaku sama tingginya dengan cinta dan percayamu. (derajat gw ama lo, tinggian mana kalo dibanding ama tiang listrik!)
17. Hatimu terlalu rapuh jika selalu sindiri, harusnya kau tau bahwa jiwaku yang akan menguatkannya (alah lebay, ikat aja pake tambang atau gembokin pake rantai kapal…, susah amat)
18. Aku udah susah buat ngeliat wajah yang laen, tau ga’ kenapa, karena cinta kamu udah ngerabunin mata aku. (alah…, palingan lo minus tuh, periksa ke dokter mata gih!)
19. Jangan pernah takut berjalan di siang hari, karena cintaku akan memayungi kemana kamu pergi (kalo ujan ntar gw pinjem yah…?)
20. aku udah ga’ bisa ngomong apa-apa lagi, selain AKU CINTA KAMU (hahay…, udah buntu, kehabisan bahan!)


by: dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
mansy. Siroj Priamitra. Jum’at, 24 Maret 2011. 09.42pm, Sabtu, 26 Maret 2011, 08.08.

CERITA LUKA UNTUK SETIA


“bebaskan aku dalam penjaramu yang kering tanpa titisan madu
Bebaskan aku di dalam sangkar ku rela, terkubur cinta”
(Iwan)


Pertemuan itu terjadi kurang lebih tiga tahun yang lalu di sebuah pantai. Suasana yang ramai oleh orang yang lalu lalang, berpasangan entah itu hanya sekedar teman, keluarga atau mungkin pasangannya. Sore itu saya sedang duduk sendiri di sebuah dudukan di pantai yang sengaja dibuat dari semen lengkap dengan meja dan tiga dudukan lain yang serupa. Tidak banyak hal yang saya lakukan selain melihat orang-orang yang lalu-lalang ke kiri dan ke kanan, ada yang bergendengan, berlari berkejaran, tertawa, dll. Terpikir untuk membaca, lalu saya keluar jalan raya untuk membeli buku di sebuah took buku yang tidak jauh dari pantai.
Di tengah tengah membaca, tiga orang wanita datang tanpa saya ketahui “sorry mas, kita boleh duduk di sini yah..?” seingat saya satu dari mereka bertanya seperti itu. Berhubung saya duduk sendiri, saya pikir tidak ada ruginya mempersilahkan mereka bergabung duduk di meja saya. Terlalu banyak yang mereka bicarakan (secara mereka cewe’, kan, makhluk jenis ini ada aja bahan buat dirumpiin) selama mereka berbicara selama itu juga membuat saya risih dan rentang waktu itu juga saya tidak konsen membaca dan tidak mengerti dengan bacaan saya (alasan orang bego’), rasanya secara tidak langsung mereka memaksa saya untuk menguping apa yang mereka bicarakan. Sempat berpikir kalalu mereka tidak menganggap saya ada di situ, mungkin mereka lupa atau masa bodoh dengan keberadaan saya yang lebih dulu di meja itu, tapi tak apalah kebiasaan cewe kalau lagi asyik ngerumpi bisa lupa sama apa aja.
Entah angin apa yang akhirnya membuat mereka menyapa saya. Mereka menawarkan perkenalan dan saya pun tidak menolak, mereka Wana, Yanti dan Alvin. Seperti perkenalan umumnya saling bersalaman, menyebutkan nama dan ujungnya saling bertukar nomor telephone.
Satu di antara mereka membuat saya tertarik untuk lebih mengenalnya, Alvin. Dia cantik, itu yang utama, buat saya kecantikan itu yang pertama, urusan keyakinan, keturunan atau kekayaan itu urusan belakangan. Mungkin banyak yang bilang membina hubungan yang serius yang pertama dilihat adalah keyakinannya harus sama dengan apa yang kita yakini, katanya biar prinsip dan jalannya lebih mudah. Ada juga yang bilang mencari wanita untuk dipacari atau dijadikan teman hidup itu dilihat dari hatinya tapi jujur, setiap orang yang bertanya kepada saya, ketika melihat wanita hal apa yang membuat saya tertarik. Jawabannya adalah Fisik alias kecantikannya. Alasannya sederhana saja, jika dia cantik tapi keyakinannya berbeda atau hatinya (katakana saja ) tidak baik. Hati dan keyakinan itu masalah dalam, sekeras kerasnya hati tetap saja hati itu bukan batu, batupun ketika terus menerus dititikkan air lambat laun batu tersebut akan membuat lorong kecil karena titikan air yang tidak henti menimpanya, klise memang tapi ini juga merupakan kebenaran secara ilmiyah yang pasti diterima logika. Tentang sebuah hubungan beda keyakinan, saya laki-laki, kepala rumah tangga, saya tau apa yang harus saya lakukan untuk sebuah keluarga, toh banyak juga yang rela pindah keyakinan dan semakin yakin dengan jalan yang dipilihya yang meskipun awal hal tersebut dilakukan demi pasangannya. Lalu bagaimana jika wajahnya jelek tapi hatinya baik, keyakinannya juga sama, lelaki tampan tapi menginginkan wanita seperti ini buat saya tuh cwo’ udah ga’ laku kali yah (meskipun yang jelek juga butuh kasih sayang), menginginkan dia cantik, lalu merubah wajahnya dengan operasi plastik, itu kan malah berdosa, jadinya tidak menerima pemberian Tuhan!. Jadi intinya sebagai laki-laki saya tidak munafik kalau memilih wanita adalah melihat dari fisiknya (wacananya mulai ga’ nyambung)
Kembali ke topik, Alvin. Saya tertarik, merasa tidak perlu lagi membaca lalu buku saya tutup dan memulai obrolan dengan Alvin sedang kedua temannya berjalan entah ke mana. Saya yakin saat itu juga Alvin sudah mulai suka dengan saya meskipun dia tidak mengutarakannya tapi saya dapat melihat tanda-tandanya (narsis, sok cakep deh gw). Setelah dari pertemuan itu kita sering telepon-teleponan, menukar kabar, apa yang sudah dilakukan, sudah makan?, met malam, selamat tidur, selamat pagi, jaga kesehatan ntar sakit, merayu, ngegombal, kopi darat, dll. Lalu sebulan setelah itu kita jadian, saling percaya, setia, menjaga dan mengerti satu sama lain.
Sebulan jadian perasaan kita masih sama (maklum sama-sama lagi kasmaran), menginjak ke tiga bulan sedikit demi sedikit sifat asli kami mencuat ke permukaan. Sifat saya yang cuek ketika dia dengan siapa saja, teman laki-laki atau perempuannya saya tetap percaya bahwa pacar saya tidak akan macam-macam. Ketika bertemu saya selalu hati-hati untuk menutur segala sesuatunya, takut jika ada kata-kata saya yang membuatnya marah, anda tau kenapa? Makin ke sini dia semakin memperlihatkan bahwa dia egois dan pencemburu. Saya selalu saja salah, menjawab kata-katanya salah, diam juga sepertinya lebih salah, parahnya lagi dia kasar dan ringan mengangkat tangannya, kontras dengan pribadinya yang dulu saya kenal (kalo dipikir-pikir yang cowo’ gw ato dia yah?). tapi saya selalu sabar, menunggu dia akan berubah, mungkin ini jawaban atas alasan saya memilih pacar yang harus cantik dan tidak dulu mementingkan hati dan perilakunya, entah ini resiko atau karma.
Setiap marah selalu seperti itu, mengancam untuk putus, sesering itupun saya menolak dan pada akhirnya saya yang selalu minta maaf meskipun dia yang jelas-jelas salah. Tidak lebih dari enam bulan masa pacaran kami, saya sudah lelah dengan sifatnya yang tidak mau berubah. Hari itu terakhir dia mengancam untuk putus, tidak seperti biasanya dia mengetakan itu lantas saya menolak dan meminta maaf, tapi kali ini saya yang mengiyakan untuk putus. Terlihat dia kaget, saya tidak menghiraukan dan pergi, sejak saat itu saya tidak bertemu lagi dengan Alvin meskipun saya tau saya belum bisa melepas dia, saya ingin dia berubah tapi kalau usaha saya tidak diimbangi dengan kemauan dan usahanya untuk merubah perilakunya, buat saya semua yang saya lakukanitu sia-sia. Sempat berpikir untuk mengajak dia kembali bersama saya, tapi saya gengsi (ga’ ada tuh di kamus gw nembak cewe’, apalagi ampe ngemis buat balikan. Sorry lah yaw?) pikir saya kalau dia masih sayang saya dia yang akan minta balikan tanpa saya minta.
Setahun berlalu saya tidak pernah lagi bertemu atau berhubungan dengan Alvin, mungkin dia sudah benar-benar lupa dengan saya. saya pernah bertemu dengan salah satu temannya, Wana, dan katanya Alvin masih mengharapkan saya untuk kembali menjadi pacarnya. Saat itu saya merasa bahwa cinta saya untuk seorang Alvin mulai makin mahal, saya menjawab Wana “kalo emang dia masih ngarep gw, ya.., dia dong yang ke sini minta gw buat balikan ama dia. Dia yang ngajakin pacaran, dia juga yang minta kita buat udahan. Nah, giliran karang udah putus, yang pengen balikan dia, dia juga dong harusnya yang ke sini ngomong ama gw”
Sudah hampir dua setengah tahun saya tidak lagi memikirkan tentang Alvin, sekarang saya pun sudah berhubungan lagi dengan seorang wanita yang buat saya cantik, baik, kaya, dan SEIMAN. Sejauh ini, satu tahun umur hubungan kita, dia yang lebih pengertian, sabar, sayang, baik, kalau saya tidak menghubungi dia sudah tau kalau saya tidak punya pulsa, diisiin, dan yang terpenting dia yang sering mengingatkan saya untuk sholat, bangga punya pacar seperti dia.
Belum lama ini saat saya dan pacar saya ke pantai, tanpa saya duga Alvin ada di situ. Saya tidak berpikir untuk memikirkan dia apalagi sampai mengharap dia ada di tempat di mana saya dan pacar saya ada di sana, tidak pernah sekalipun. Saat saya duduk sendiri, pacar saya sedang berjalan dengan temen-temannya entah ke mana. Tanpa saya sadari tiba-tiba Alvin datang menyapa, saya kaget, kenapa dia ada di sini. Kali ini dia yang lebih banyak berbicara dibanding saya, saya hanya menjadi pendengar yang baik dan sesekali menyela dan menjawab curhatannya. Parahnya lagi dia minta untuk balikan, katanya semenjak putus dia tidak lagi berhubungan dengan laki-laki lain, saat dia minta putus itu hanya candaannya dan mengetes saya lagi karena seperti yang sudah-sudah setiap dia minta untuk putus saya selalu menolak. Di hari itu dia sangat kaget karena saya mengiyakan kita untuk udahan.
“lo sayang sama gw serius, lo cinta sama gw serius?” dia menjawab “iya”
“kalo lo serius sayang, cinta sama gw, trus kenapa waktu tu lo masih becanda untuk minta putus” saat itupun saya keluarkan semua apa yang ada dipikiran saya tentang dia dulu saat kita masih punya hubungan, dari sifatnya yang egois sampai dia yang selalu ringan tangan. “aku reflek mukul kamu karena aku kesel” alasan itu tidak bisa saya terima. Mungkin dulu saya yang sering mengalah, tapi kali ini dia yang tidak pernah berhenti meminta maaf. saya juga sudah lelah dengan semua urusan tentang dia, saya juga tidak mau berbicara lama dengan dia, jujur saya takut pacar saya datang dan melihat kami berdua lantas berpikir hal yang macam-macam tentang saya dan Alvin.
“belum terlambat kok, kamu bisa putusin pacar kamu dan kita bisa balikan terus pacaran lagi kayak dulu. Aku janji, aku akan berubah untuk kamu” saya sudah bosan mendengar janji berubah untuk saya, karena janji ini bukan yang pertama dia ucapkan. Saat saya tidak menjawab, Alvin menggenggam kedua tangan saya, sekali lagi dia meminta untuk kami balikan dan berhubungan seperti tiga tahun yang lalu. Di tengah Alvin menggenggam tangan saya saat itu pacar saya datang, melihat kami dan pergi tanpa bicara dan tanpa apapun
“gw udah nyaman ama cwe gw yang sekarang dia jauh lebih baik dari lo, kalo gw putusin dia dan balikan sama lo, tetep aja, gw nyakitin cwe juga. Posisiin diri lo jadi cwe gw. Apa lo mau? Apa lo tega nyakitin cewe’ juga. Tolong, gw udah ga’ bisa lagi untuk kita kayak dulu”.
Banyak lagi kata-kata Alvin yang buat saya makin cape’ untuk mendengarnya. “saat gw udah benar-benar ngelupain lo, tanpa gw mau lo malah datang ke gw dan ngomong macem-macem. Karang cwe gw liat kita bedua dan dia pergi, karang gw harus gejelasin semua tentang gw dan lo ke dia, nyeritain semuanya yang buat gw ga’ penting buat dia tau, karang terserah lo mau apa yang jelas gw udah ga’ ada perasaan lagi sama lo”.
Saya berlalu dan membiarkan Alvin di meja tadi…

Dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. Siroj Priamitra, 27 Maret 2011, 12.33am

Sabtu, 26 Maret 2011

BBF Vs 3C

Malam ini perdana tayang acara televisi remaja “3 C”, para pelakonnya berjumlah tujuh orang yang sama-sama beranjak dari anak boyband Indonesia yang baru naik daun, arti dari nama club vocal plus dance mereka ini katanya “tujuh orang sebagai tujuh pahlawan”. Anehnya “plagiator” melekat di sinetron ini. Pernah dengar tentang tayangan televisi drama Korea yang bertajuk BBF ? yup, benang merah keduanya sama persis dengan sinetron 3C ini mulai dari background anak orang tajir, sekolah elite, pemeran utama wanitanya anak orang miskin, karakter beberapa pemain dan lain-lain sedangkan perbedaanya hanya jumlah personel dan Negara pembuatan , kalau BBF dari Korea, 3C dari Indonesia.
• Personel (pelakon)
Kita mulai dari female actrees-nya, di BBF sebagai anak orang miskin yang punya usaha laundry sedangkan 3C masih tetap anak orang miskin tapi anak dari seorang penjahit. Kesamaannya adalah dia masuk sekolah elit itu karena beasiswa.

Tentang para aktornya di BBF berjumlah empat orang, sedangkan 3C berjumlah tujuh orang. Di BBF sebut saja namanya Gu Jhun Pyo sedangkan di 3C Rafa XXX, Actor utamanya sama-sama anak orang paling kaya, sombong, blagu, egois dan disegani di gengnya. Selanjutnya, anggota geng paling dingin alias cool dan tertutup. Nama Korea-nya Ji Hoo dan Indonesianya Ganmor, jika di BBF karakternya penyuka music “Biola” sedangkan di 3C sebagai anak yang suka baca alias kutu buku. Selain mereka ada juga playboy cuek, sedangkan personel geng dengan karakter lainnya hanya sebagai pelengkap alias embel-embel ga’ penting.

• Alur cerita
Dimulai dari lokasi sekolah hanya saja di 3C setting-nya masa orientasi sekolah dan jalan ceritanya sama-sama dimulai dengan seorang siswi sekolah yang mencoba melawan seorang senior yang dirasa tidak punya perasaan terhadap juniornya.

So, saya rasa anda semua sudah mengerti alur ceritanya dan faham betul endingnya seperti apa…!!!?


dadarguling95@yahoo.com. / manusaallorya@ymail.com

BALADA KAWIN LARI

Ini cerita tentang kakak cwe gw yang bisa dibilang kawin lari mendadak (bukan kawin sambil lari lho!) yah, namanya juga anak gadis. Dia udah kepengen banget kali yah ?. Tapi kalo dipikir-pikir kan, ga’ harus seperti itu. Kan bisa diajak ke rumah, ketemu sama orang tua atau paling ga’ kenalan ama saudara-saudaranyalah. Lah, ini ga’. Katanya sih cwonya jelek tapi kok mau kawin ma tuh orang. Ga’ habis pikir gw!.
Hari sabtu, kakak gw udah ngewanti-wanti gw buat ngerjaen ini ama itu. Waktu gw bilang emang dia mau kemana, eh, katanya dia mau ke Lombok. Gw sempat nahan buat dia berangkatnya besok aja tapi dianya tetap ngekeh pengen berangkat siang itu.
Sehari, dua hari, tiga ampe empat hari di sana ga’ ada kabar sama sekali. Eh, hari kelimanya ada yang bawa kabar tuh orang mau kawin. Pas kabar itu nyampe ke kakak cwe gw yang satunya lagi (kakak gw banyak boo’) langsung deh tu dilaporin ke bokap gw, terang aja bokap gw langsung nelpon dia. Pas ngomong di telpon ama bokap seh, katanya dia ga’ lagi mau kawin, katanya juga kalo besok pagi bakalan balik ke Sumbawa. Tapi ampe besoknya dia ga’ nongol-nongol batang idungnya. Ini juga pas lagi smsan ama gw, dia pake nomor laen. Gw Tanya, dia lagi dimana, jawabnya lagi di Keruak (au deh, tempat itu di mana ) pas gw tanya lagi apa bener dia mau kawin, dia juga bilang ga’. Tapi pas besoknya ada empat orang datang ke rumah pengen ketemu ama bokap. Terang aja kabar yang kemaren datang emang bener. Dia kawin di Lombok.
Laen kakak gw laen juga neh anak satu yang umurnya 15-an tahun, tapi SD tapi centilnya minta ambruk. Namanya Nurmin, meski umurnya segitu tapi masih kelas V SD, kebayang ga’ bego’nya nih anak kayak apa?. Di luar jam sekolah kerjaannya bukan belajar tapi kelayapan ke sana ke mari, ga’ tau siang atau malem pasti kelayapan. Itu di luar jam sekolah, bagaimana kalau di sekolah ?. hahay, setiap ada jam kelas olahraga seragamnya selalu laen dari teman-temannya yang laen. Ga’ cuman nyampe sini doang, setiap ada gru baru yang mask ke sekolah apalagi kalo masih bujang pasti disalamin. Ga’ lewat guru-guru yang laen, temen-temannya, sampai lewat kepala sekolahpun dia nih bocah berani nitip salam. “pak, salamin ya ke pacar saya, itu lho guru baru itu”. Dablek ga’ tuh ?...
Kaitannya dengan kawin lari? Ada dong (gw yang nanya gw juga yang jawab), mungkin karena si Nurmin ini cape’ sekolah, hampir 3 bulan tidak pernah masuk sekolah. Gurunya pun sudah ikut-ikutan capek tentang prilaku nih bocah. Selama rentang waktu itu dia sering bantu-bantu di rumah seorang bapak yang umurnya hampir menginjak kepala enam dan itu berlangsung cukup lama. Sampai saat antara si bapak dan Nurmin ini sama-sama menghilang alias tak lagi terlihat di lingkungan rumah mereka. Selang beberapa waktu kemudian datang kabar bahwa kedua orang yang usianya terlampau beda yang jauh ini berada di Lombok. Sudah bisa ditebak mereka kawin lari. Kini Nurmin sudah hamil menginjak 5 bulan. (dunia makin gila)….
Ada lagi cerita tentang Raihanun, cwe asal Lombok Timur yang sudah lama berpacaran dengan pemuda yang juga tetangga gw. Pacaran mereka sering putus nyambung (BBB kali…). Mungkin mereka udah kebelet banget pengen kawin, akhirnya mereka juga ikut-ikutan menjalankan tradisi kawin lari. Kalau dua kasus di atas kawinnya di Lombok yang ini kejadiannya di Sumbawa, gw juga kebagian menjadi Panitian pernikahan mereka. Apesnya lagi pengen untung tapi malah bunting, ceritanya pas gw lagi ngumpul sama panitia yang laen di rumah pengantin sedang menulis undangan nikahan mereka, lumayan lama di sana, selesai menulis undangan mau pulang, eh, sandal gw ilang, mana sandalnya baru, apes banget gw waktu itu (penyakit ga’ nyambung gw kumat. Maklumin yah?). sekarang, Raihanun dan suaminya sudah punya anak laki-laki yang namanya Ressa (tuh nama gabungan dari nama ortunya (ga’ nyambung lagi kan? Cerita tentang mereka udahan di sini yah!?)
Selain mereka yang di atas ada juga Fitri dan Ojan. Cwe’nya masih sekolah kelas XI dan si cwo’nya udah ga’ sekolah, karena udah sama-sama ngebet jadinya orang tuanya pada ngalah. Udah terlanjur juga, apa boleh buat, mau ga’ mau harus dilanjutin. Fitri terpaksa ga’ bisa lagi lanjut sekolah, mana ada sekolah yang mau menerima murid yang statusnya istri orang.
Masih dengan tema kawin lari kali ini Yeng, cwo’ 27 tahun sarjana ekonomi yang juga pegawai di pemerintahan daerah. Pacarnya Novi 19 tahun mahasiswa yang baru masuk kuliah. Ceritanya si Novi ini pergi dari rumah dengan meninggalkan surat untuk kedua orang tuanya, tapi isi surat itu bukan untuk kawin tapi dia ingin liburan. Yeng sendiri sejak siang sudah pusing ke sana ke mari mencari pinjaman duit, tanpa ada yang terpikir bahwa dia akan kawin lari. Sekitar jam 3 dini hari cwe’nya diajak ke rumah pak kadus dan sudah bisa ditebak, jika sudah ada kasus seperti itu pertanda bahwa orang tersebut KAWIN LARI!.
Ceritanya itu aja yah….

By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra. 11 Februari 2011.
manusaallorya@yahoo.com Mansy. Siroj Priamitra23 Maret 2011, 11.45pm

KAU, ANAKMU DAN OBAT KUAT

Obat kuat, apa yang ada di pikiran anda?
Hahahaha… ngejol men!!!
Di satu tepian jalan raya di desa kecil pinggiran kota ada salah satu kios kecil yang menjual peralatan nelayan, mesin, listrik, pakan unggas, alat tulis dan obat-obatan, salah satunya ada obat yang dijual rahasia. Eitss…, jangan kasi tau orang lain itu “obat kuat”, ngejol men! Hahahahaha… (ketawa dulu yuk)
Setiap malam pasti saja ada yang mencari obat itu, mulai dari Urat madu, Madu Lanang, Galak, Pil Kuda, dll. Yang mencari obat ini macem-macem, orang tua, muda, setengah tua, ampe tua beneran. Dari yang beristri, duda, belum beristri, nelayan, tukang ojek, wirausaha sampai kepla desa sebelah menjadi pelanggan setia obat kuat yang hanya dijual di kios ini. Malam ini sudah dua orang yang datang membeli obat kuat yang berbeda.
1. Pak Wani, laki-laki setengah baya umurnya kira-kira 55 tahun. Saya tidak tau asalnya dari mana yang jelas ketika saya ada di kios itu hampir sekali tiga malam pasti datang membeli Urat Madu. Dia tidak mau membeli obat yang lain selain Urat Madu, katanya obat tersebut sangat cocok untuk dia, pas, mantep. Pernah lagi dia ditipu oleh orang masalah obat yang harganya sama dengan yang biasa dibeli, tapi manfaat dan efek yang ditimbulkan tidak sama. “ka i kelo ku ling tau, aidah semata mo. Iyo o, opmoku buya token len, ningka bae ti. Apa keras ku rasi ke mido sa o…” (ane ketipu ame orang, busset dah. Karang nih ye, ga’ lagi deh ane nyari ke tempat yang laen, di mari aje. Soalnya udah klop banget ame nih obat). Sebelum saya menulis init uh orang baru dari kios yang saya maksud.
2. Nama desanya Dasan Anyar, desa sebelah di sana ada beberapa orang yang saya kenal, mulai dari Ani teman kuliah saya, Fini adiknya Ani, Sari yang menikah dengan orang dari desa tersebut, Risdianto teman kuliah yang juga kakak iparnya Sari, Pak sulaiman guru saya semasa SD dulu yang sekarang menjadi partner kerja, dll (ga’ ngambung yah?) dan satu orang yag sangat berkaitan dengan tulisan ini adalah Jack, kepala desanya. Udah punya istri sih tapi udah uzur (ga’ kuat alias ga’ bisa lagi ngelayanin suami di ranjang kali yah, hahahaha…) tapi ini jujur, bapak yang satu ini selalu datang dengan kijang hijaunya, obat favoritnya adalah Urat Madu tapi pernah beberapa kali mencoba Madu Lanang (serepan kalo Urat Madunya abis) tapi malam ini biasa yang dibeli Urat Madu, dua botol energy drink plus obat multivitamin (lengkap sudah). Oh ya, ada cerita pedagang di kios itu dengan bapak ini. Sebenarnya yang menjaga kios waktu itu adalah anak dari pemilik kios. Pak Jack, lama berdiri di depan kios, sesekali melihat ke dalam kios, mungkin yang dia lihat bukan yang punya kios yang selalu ditemuinya jadi cukup lama menyapa si anak. “lo handuk berek?” (handuk sobek ada ga’?) si anak pemilik kios mulai bingung, yaiyalah, kan di kios itu isinya peralatan mancing, mesin dan barang berat yang lain. Makanan aja ga’ ada apalagi handuk sobek. Tapi tidak lama langsung mengerti dengan barang yang dicari bapak ini.
3. Ada juga pak Memet tukang ojek yang dari dusun tetangga, rumahnya kira-kira 1,5 kilometer jauhnya dari kios tersebut. Orangnya lumayan tua, satau saya sudah punya 3 orang anak yang sudah dewasa. Obat favoritnya adalah Galak, awalnya bapak ini berbicara dengan yang punya kios di bangku depan kios, tidak lama setelahnya meminta si anak agar memberinya galak, itupun uang yang dibawa bapak ini kurang. Tua-tua keladi!
4. Sedikit berbeda dengan pak memet, bapak yang satu ini namanya pan ucok, rumahnya tidak jauh dari kios penjual obat, badannya sehat, umur kira-kira menginjak kepala enam, obat yang selalu diincarnya Madu lanang yang harganya Rp.25.000 tapi akhir-akhir ini pak Ucok tidak pernah lagi datang membeli Madu Lanang
5. Pak Janib, tidak pernah membeli obat sih, tapi baru malam ini saya mendengar dia menyebut obat kuat. Awalnya mau mancing, jadi tujuan mulanya ke kios untuk membeli peralatan memancingnya. Saat mau pergi bapak ini bertanya kebetulan yang sedang di kios adalah anak dari pemilik kios “di sini ada obat kuat!?” katanya tiba-tiba, berhubung yang ditanya tidak terlalu jelas mendengar, si anak kembali bertanya tentang pertanyaan yang tadi akhirnya si bapak mempertegas pertanyaannya “ada obat (sorry) ngentot ga’?” tanyanya jelas. Katanya sih mau membeli obat itu bukan untuk dimimun sendiri tapi untuk anaknya yang sebentar lagi nikah, karena sudah dua hari anak lelakinya membawa lari (mengajak kawin lari) anak gadis orang.

Ini aja yah… sampai ketemu di tulisan selanjutnya dengan topic yang berbeda..


By: dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. siroj Priamitra, 23 maret 2011, 12.21am.

Selasa, 22 Maret 2011

DIA… DIA… DIA…

“eh, Chun, boking no!” sambil menepuk bahu temannya (Chuni) di sampingnya yang sedang balik belakang. Sontak Chuni langsung balik belakang “mana men ?”
Di depan ada dua wanita yang berjalan melintasi mereka, satunya memakai jilbab, tertutup sambil merengkuh buku di dadanya dan yang satunya tidak berjilbab, skeeny jeans ketat yang memperlihatkan lekuk pahanya dengan tas di pundaknya. Keduanya berjalan bersama sesekali tersenyum dan menyela pembicaraa dengan tertawa
“cakep ya Chun ? itu baru namanya cwe!, tipe gw banget tuh. Ga’ kayak punya lo, pengen luarnya doang, ntar kalo udah dapet lo biarin gitu aja!” ujar Pian pada Chuni sahabat kentalnya.
“ye…, biarin. Eh, sob, tau ga’? sebagai cwo kita itu harus pinter-pinter berpetualang!” jawab Chuni ngeles. “petualang? Maksud lo?” tandas Pian pada Chuni.
“yah…, ni anak payah banget. Lo tuh bego beneran atau pura-pura bego, sih? Petualangan cintalah. Prêt!” jawabnya sambil meledek sahabat yang di sampingnya. “kebiasaan lo, inget tuh, lo masih punya adik cwe, karma loh!” jawabnya sembari menasihati Chuni. “au ah, terserah lo aja. Eh, besok malam jadi ya kita ke taman, cuci mata” ujar Chuni sembari mengingatkan Pian tentang rencana mereka. “iya dong, tapi lo bawa netbook yah, gw males bawa” pintanya pada Chuni.
“okelah, udah siang nih, cabut yok?” seru Chuni dan diamini Pian.

Setelah percakapan di siang itu mereka pulang ke rumah masing-masing

***

“eh Chun, tuh cwe dua kayaknya yang kemaren siang deh?”
“mana Yan” sambil mencari sosok wanita yang dimaksud Pian. “eh iya bener, mata lo tajem juga, kayak kalong, samperin sono gih? Ya…, kali aja salah satu dari mereka ada yang suka ama lo!”
“ogah ah, malu gw. Kalau lo mau, lo aja yang samperin”
“ya udah lo tunggu disini yah”

Chuni langsung mendekati kedua wanita yang duduk tidak jauh dari mereka. Entah apa yang mereka bicarakan, cukup lama mengobrol sampai saat Chuni mengutak-atik netbook yang dibawa oleh kedua wanita tersebut.
Tidak lama Chuni kembali
“eh, Yan, mereka lagi browsing, nyari-nyari bahan tuh, minta dibantuin. Bantuin gih, gw ga’ ngerti bahan apaan”
Tanpa berpikir lama Pian beranjak dari dudukannya menghampiri kedua wanita tersebut dengan membawa netbook.

“yup, kenalin dulu ini teman gw namanya Pian. Yan, kenalin ini namanya Yana (sambil menunjuk ke arah si jilbaber) trus ini Lani “ sambil duduk di sebelah Lani (gadis yang tidak berjilbab.
Saat dikenalkan Pian langsung mengulurkan tangan dan langsung dijabat Lani sedangkan Yana hanya tersenyum dan menyimpulkan kedua telapak di bawah dagunya sambil tersenyum. Pian sempat malu karena uluran tangannya tidak dijabat Yana. “netbooknya gw pegang Yan. Lo bantuin mereka gih.” Pinta Chuni.
“eh, bantuin kita dong, mas. Kita lagi nyari-nyari bahan buat tugas neh. Bisa ya?” Tanya Lani tanpa malu sambil menatap langsung mata Pian. “ga’ usah pake mas, manggilnya, gw bukan orang jawa soalnya” jawabnya mencoba melucu sambil mengutak-atik netbook
“abang gimana, atau kak aja?” jawab Lani dengan nada centil. “kalau abang janganlah, gw bukan tukang ojek, kalo kak juga gw ogah, kan gw ga’ pernah kawin ama kakak lo. Pian ato Iyan aja cukup” sambil menatap Yana di depannya yang dari tadi tidak mengeluarkan suara apapun, sesekali hanya tersenyum. “hahahaha… lucu deh kamu, ngegemesin banget.” sambil mencubit pipi Pian yang duduk tepat di sebelahnya.

Sepanjang waktu itu Lani yang selalu memancing obrolan, agresif sedangkan Pian hanya menjawab singkat seperlunya. Setiap Berbicara dan bertanya Pian selalu mengarahkan kata-katanya pada Yana, tapi yang ada selalu Lani yang menjawab.
“Yana kuliahnya ambil apa?” tanya Pian basa-basi
“dia ambil Cinematography, sama ama aku” jawab Lani yang tidak ditanya, mendengar yang menjawab adalah Lani, Pian agak kesal sedangkan Yana hanya mengangguk dan tersenyum. Saat Yana menjawab pertanyaan Pian selalu dengan kata “ya”. “sato kost-an juga sama Lani” Tanya pian yang kembali di jawab yana dengan “ya”.
“Yana emangnya ga’ punya kosa kata lain selain ‘ya’ ya?, mungkin kalo ditanya bokapnya maling juga bakalan dijawab, iya!” katanya ketus. “ga’, gila kali ah, bokapnya Yana maling. Tapi kayak nya bokap kamu deh yang maling Yan, soalnya kamu udah nyuri hati aku!” lagi-lagi Lani nyeletuk sambil mengelus pundak Pian.
“iya bener bokapnya Pian emang maling” timpal chuni nyeletuk
“eh, sembarangan, diam lo nyet!” tandas Pian pada Chuni sambil tersenyum.
“udah selesai neh, bahannya udah gw copy-in semua, cocok ama tugas lo bedua” ujar Pian menatap Yana. “Chun, balik yok?” lanjutnya menoleh ke Chuni.
Tidak lama setelah Pian dan Chuni pergi Yana dan Lani pun beranjak pulang tapi dengan arah yang berlawanan.

***
Pian terbangun oleh nada celularnya
“mmmm…., hallo…” dengan nada lemas menjawab panggilan celularnya
Ternyata yang meneleponnya adalah Lani yang sedang di kampus, di dalam hati pian bertanya-tanya darimana Lani mendapat nomer teleponnya, setaunya di malam mereka bertemu hanya sebatas berkenalan dan membantu browsing saja, tidak sampai saling bertukar nomor telepon. Kini, Pian beranjak duduk dari posisi tidurnya, masih mendengar ocehan Lani yang tidak dihiraukian sambil menoleh ke jam kamarnya yang menunjukkan pukul sepuluh pagi.
“iya deh, gw kesana. Tapi gw mandi dulu.” Jawabnya dan seketika mematikan celularnya. Ternyata Lani minta dijemput Pian, alasannya dia tidak punya kendaraan untuk pulang. Pian sebenarnya sedikit kesal karena yang diharapkan menelpon adalah Yana bukan Lani, alasannya mau menjemput Lani karena ingin bertemu Yana di kost-an mereka.
Di jalan mengantar pulang Lani justru meminta mampir dulu ke supermarket, katanya mau belanja keperluan kost “persediaan udah hampir habis” itu katanya sewaktu dia atas motor.
Sesampai mereka di kost, Pian tidak menemukan Yana di sana. Ingin menanyakan di mana Yana, pian malu, takut lani jadi tersinggung jika merasa tidak dianggap keberadaannya. Lagi-lagi Lani mengajak ngobrol Pian di dalam kost-annya di sana hanya mereka berdua, Pian sebenarnya ingin cepat pulang tapi Lani menahannya agar tudak terburu-buru, “habisin dulu minumnya”.
Saat Lani membaca pesan di celularnya. Tidak tau kenapa ia mengingatkan Pian karena tadi mau pulang “Tadi katanya ada janji, kasian lho chuni nungguinnya ntar lama”. Mendengar itu Pian malah senang karena tidak lagi ditahan untuk pulang, mengenai alasan Lani yang tidak mencegahnya pulang Pian masa bodoh dengan itu yang penting dia tidak berlama-lama dengan Lani apa lagi di dalam kost yang hanya ada mereka berdua.

***
“lo tungguin gw di taman, bentar lagi gw nyampe” kurang lebih begitulah pesan yang baru diterima Pian dari Chuni.
***
“Eh, cimeng. Lo ke mana aja. Gw cariin di kampus ga’ ada, gw samperin ke rumah, katanya lo keluar. Emang abis dari mana sih lo?” Tanya Chuni sambil ngoceh ga’ jelas.
“gw ga’ ngampus hari ini, kesiangan tadi gw. Bangun jam sepuluh” jawabnya lalu menceritakan semua sampai akhirnya mereka bisa ketemu sekarang jam tiga sore. Chuni juga menceritakan kejadian kampus saat dia kuliah, memang tidak penting untuk dibahas tapi itulah mereka selalu ada saja bahan yang mereka jadikan topic pembicaraan, ledekan, ketawaan dan sejenisnya. Demikian juga masalah wanita, Chuni memberi tau Pian bahwa dia melihat tanda ketertarikan Lani pada Pian tapi Pian justru mengatakan dia sebenarnya menyukai Yana bukan Lani. “yang tertutup itu lebih bagus, jadinya kita penasaran pengen tau apa yang ada di dalemnya. Tapi kalo yang udah kebuka, pengen tau apa? Kan udah keliatan dalemnya ada apaan, ya ga’?” jawabnya beralasan. Dari obrolan saat itu Pian meminta bantuan chuni untuk mencari info tentang Yana. ”lo juga usaha sendiri dong, jangan nunggin dari gw, kan yang suka lo, bukan gw. Masa’ yang ngebet lo tapi iyang ribet malah gw”. Jawab Chuni.
***
Dua bulan setelah perkenalan mereka rentang waktu tersebut Pian selalu mencari celah agar bisa bertemu dengan Yana, paling tidak untuk memberi salam syukur-syukur kalau diajak mengobrol lebih lama
Tapi selama waktu tersebut Lanipun sering menelpon dan mengirimkan pesan pada Pian, “risih gw” katanya pada Chuni.
Rencananya pas saat ulang tahun Yana, Pian akan menyatakan persaanya pada Yana. “gw udah yakin banget nih Chun, mantep gw ama Yana, bantuin gw buat nembak pas ultahnya”
Tidak ada yang tau seberapa besar perasaan yang dimiliki Pian terhadap Yana, hanya dia yang tau.terlebih lagi saat dia tau bahwa Yana tipe wanita yang bisa jaga diri. Ceritanya saat itu Yana sendiri di kost-annya dan suatu kebetulan Pian diminta mengantarkan buku Lian yang dipinjam Chuni. Tanpa sengaja mereka bertemu dan mengobrol banyak, saat Pian menyinggung diajak masuk Yana langsung menolak karena mereka hanya berdua, bukan muslim,dan lain sabagainya. Banyak lagi hal lain yang tidak sengaja dilihat Pian tentang Yana yang makin membuatnya kagum akan sosok seorang wanita anggun, cantik, pintar menjaga diri, wanita itu bernama Yana, wanita yang sangat disukainya.
***
Seketika Pian mendapat pesan yang mengingatkan agar ia tidak lupa untuk datang ke acara pesta ulang tahun Yana malam nanti,
Saat tiba di tempat acara ulang tahun Yana di sana sudah banyak tamu yang datang Pian dan Chuni melihat beberapa mahasiswa kampus yang dikenalnya selebihnya mungkin rekan dan temn-teman Yana.
Sama seperti hari-hari biasanya Yana menyambut tamu acaranya dengan ramah bersalaman, cipika cipiki dengan tamu wanita dan menyimpulkan tangan di bawah dagu untuk tamu pria dengan senyuman dan kata terima kasih. Melihat itu dari luar tempat acara Pian makin kagum padanya.
Ketika masuk bersama Chuni seseorang langsung meraih lengannya dan mengajaknya berjalan tepat di samping kolam, seperti adegan di sinetron Indonesia, basi. Yah, wanita itu adalah Lani, wanita agresif yang Pian tidak suka. Karena tau Pian tidak senang dengan yang dilakukan Lani, Chunipun mengikuti keduanya hingga dengan membawa dua gelas minuman, kini mereka tidak hanya berdua tapi bertiga dengan Chuni. “sorry, Lan, gw cuman bawa dua, pengen bawa tiga tapi tangan gw cuman ada dua, ga’ mungkin kan gw ngasi lo minum pake kaki” kata Chuni yang mulai jengkel pada Lani yang agresif terhadap sahabatnya dengan nada ketus. “makasi ya Chun, tau aja lo kalo gw risih ama dia” tegas Pian. “biasa aja, udah minum airnya” jawab Chuni sambil sedikit mengangkat gelasnya.
Di belakang Pian, Yana datang bersama seorang pria. “hai, makasi ya udah datang ke acara aku. (sambil melirik ke pria yang di ajaknya) kenalin dulu, ini Pian panggil aja Iyan, dan ini Chuni, mereka teman di kampus aku. Oh ya, Yan, Chun, kenalin dulu ini Bani, Pacar aku!”
Drrrrrr… tidak ada halilintar, petir, hujan, gempa tsunami, atau apalah itu rasanya dunia sudah mau hancur. Chuni yang baru meneguk, airnya langsung berhenti di kerongkongannya, keselek, sambil mendekati sobatnya seolah tau apa yang di rasakan sahabatnya. Tapi keduanya tanpa memperlihatkan wajah kecewa membalas dengan senyuman senbari mengulurkan tangan dan menyebut nama masing-masing. “kita ke temen-temen yang lain dulu yah, selamat senang-senang” itu yang diucapkan Yana pada keduanya
Beberapa saat setelah meniup lilin dan memotong kuenya, Yana mengumumkan bahwa dia dan pacarnya sudah lima tahun berhubungan, empat tahun terakhir pacarnya melanjutkan studi di luar dan sejak setahun ini mereka sudah bertunangan. Mendengar hal itu hati Pian makin hancur. Ya, kali ini dia benar-benar patah hati.
Acara selesai, beberapa undangan yang datang mulai beranjak satu persatu. Pian dan chuni menjadi yang terakhir yang akan pulang malam itu. Tapi, saat setelah pamit dan keluar tempat acara saat itu Lani datang dan ingin berbicara sebentar dengan Pian dan mengajaknya sedikit menjauh dari Chuni. “Yan, dari awal ketemu dua bulan yang lalu aku sudah suka sama kamu, aku juga tau kok kalo kamu tau itu. Jujur, aku suka banget sama kamu. Kamu mau ga’ jadi pacar aku”. Pian terkejut, dia baru sadar bahwa kata-kata yang diucapkan Lani adalah ungkapan perasaan untuknya. Padahal Pian yang akan mengutarakan perasaannya pada Yana, tapi sekarang kondisinya terbalik, justru seorang wanita yang menyatakan perasaan padanya. Tapi sayangnya wanita itu bukan Yana seperti yang diharapkan Pian.
“sorry, Lan. Sorry banget, saat ini gw belum bisa ngebales perasaan kamu. Tapi aku rasa waktunya ga’ tepat aja. Ada satu alasan yang buat aku ga’ belum bisa nerima kamu, yang saat ini aku ga’ bisa ngasi tau alasan itu ke kamu, Sorry yah. (sambil melirik jam tangannya) Udah malem juga. Aku balik dulu ama Chuni, ngantuk. Sekali lagi sorry neh. Gw jalan dulu. Dah..” dengan rasa kecewa Pian berjalan menghampiri Chuni meninggalkan Lani yang masih berdiri di tempat mereka tadi berbicara. “Lani nembak lo yah men, udah, lo ga’ usah nyesel nolak dia” ucapnya sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
Memang dan seharusnya Pian tidak menyesal karena tidak membalas perasaan Lani. Dari pada dia menerima dan menjalani hubungan tapi hatinya masih untuk orang lain itu akan hal yang akan menyakitkan untuk Lani.


By: dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com.
Mansy. Siroj Priamitra, 20 – 21 Maret 2011.

Sabtu, 19 Maret 2011

DILEMA

Ada sejuta rahasia yang harus diungkapkan
Demikian pula misteri yang masih belum bisa dipecahkan
Beribu tanda yang tersisa oleh gerak curiga
Jiwa dewasa meletakkan sengaja di atas tanya
Menjadikan penasaran membungkus berbagai duga

Jangan pikirkan ikan yang tak pernah terlelap
Demikian pula akan walet yang terbang jauh dari mata
Biarkan semuanya terang meski sempat mengejap
Karena hal yang tertutup lambat laun pasti akan terbuka
Tentang sisi penyelimutnya, biarkan waktu yang mengusap
Kini perlahan mendekati terang semua yang harusnya nyata

Tidaklah salah jika menyimpan rahasia
Tapi jika tak pandai, lebih baik jangan
Jangan menutupi rahasia dengan lagi kebohongan
Kebohongan yang kembali terlahir untuk setiap pertanyaan
Pertanyaan yang terlontar karena sebuah kejanggalan
Kejanggalan yang muncul untuk menutupi rahasia

Dilema…

BY: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra. 16 Maret 2010, 09.57pm

KAMU DAN SAHABATMU

Ku lihat kupu-kupu indah di jarinya
Sembari mengibas sayap kecilnya
Sesekali mengusap kulit halusnya
Lalu sumringah merekahkan senyumnya
Mengguratkan garis lembut di bibir manisnya

Itu yang belum terlihat di wajahmu
Keseharianmu yang membingungkanku
Senyum yang sengaja kau buat untuk setiap sosok yang terlewat
Aku tak tau, mungkin agar mereka terjerat

Aku tidak menginginkanmu
Tentang hatimu hanya kaulah yang tau
Biarkan aku tetap memandangnya
Aku tenang karena melihat matanya

Aku tidak mau memilikimu
Tapi aku menggilai sahabatmu
Maaf jika ku menolakmu
Karena aku menginginkan sahabatmu

Maaf, biarkan aku mencintai sahabatmu…

By: dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. sirajuddin Priamitra, Sabtu, 19 Maret 2011, 12.03am

Rabu, 16 Maret 2011

CUKUP APA ADANYA

Jangan pernah berbicara lebih daripada yang ada
Karena tidak semua orang percaya apa yang kita katakan
Berbicara terlampau lebih membuat orang merasa risih
Risih dengan kata-kata yang buat mereka bukanlah kebenaran
Selebihnya adalah bagian dari bualan

Merasa tau semua hal
Merasa lebih dari semuanya

Tidak semua orang buta dari fakta tentang kita
Kelakuan kita
Pembicaraan kita
Kenyataan tentang kita

Jangan buat orang lain berdosa
Dengan kembali membicarakan kita
Hanya karena kita berbicara lebih dari adanya
Dan mereka tau tentang itu semua

Tidak semua orang bisa kita bohongi
Yang selalu saja percaya dengan apa yang kita ucapkan
Yang duduk diam bukan berarti mudah dibodohi
Bisa saja mereka sengaja mendengar tapi berbalik meludah
Itu akan lebih menyakitkan, bukan ?

By: dadarguling95@yahoo.com. / manusaallorya@ymail.com.
Mansy. Siroj Priamitra. 15 Maret 2011, 12.45am

POSITIVE THINKING

Kadang kita perlu bertanya pada lidah yang polos
Untuk lebih tau tentang sesuatu dari sisi yang lain
Agar kita tidak lantas mengecap suatu hal dari luarnya

Seorang wanita yang bekerja di malam hari
Yang mengharuskan untuk selalu pulang di saat pagi
Yang berbanding terbalik dengan orang biasanya
Rasanya tidak bijak jika memutuskan sesuatu hanya karena hal itu
Terlalu picik menghakimi sesuatu dari apa yang sudah kita lihat
Tanpa menelaah dengan mendalam keadaan sebenarnya

Tanyalah pada jiwa yang sebenarnya tidak mengerti kondisinya
Agar kita menemukan jawaban yang lebih terang dari yang kita pikirkan
Berpikirlah lagi dengan mendalam tanpa memilah atau membuang kenyataan
Agar semua fakta tidak tertutupi oleh kejelakan perkiraan kita

Tidak semua yang kita lihat itu benar
Tidak selamanya yang kita pikirkan juga benar
Tidak juga anggapan orang itu salah
Tidak juga yang mereka lakukan itu salah

Biarkan dia berjalan dengan langkahnya
Seketika buat dia menoleh agar langkahnya terhenti
Jika menurut kita di depannya akan ada kerikil atau batu besar
Biarkan dia jalani hidup dengan caranya
Ada saat kita membuka pintu saat ia kembali mendatangi kita
Mungkin dia telah mendapati jalan buntu di kiprahnya

Mari kita melakoni hidup dengan selalu berpikir baik
Dengan itu makna hidup kitapun akan baik
Tidak ada ruginya kita melakukan hal yang baik
Tahan semua dorongan yang membuat parasangka buruk
Jangan juga biarkan lini dunia kita berubah buruk
Tidak pula membuat kita untung atas suatu yang buruk

Ingatlah kawan untuk selalu positive thinking!

By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra. Senin, 14 Maret 2011, 10.50pm

Selasa, 01 Maret 2011

KEBIMBANGAN CINTA

Hubugan tidak punya nama
Status yang tidak mengikat
Cinta tak ubah permainan ?

Mungkin begitu

Bisa menikmati tanpa harus memiliki
Berbuat tanpa harus bertanggung jawab
Cinta sama dengan tempat penitipan ?

Mungkin juga

Mau datang kapan saja, boleh.
Jika bosan lalu pergi, silahkan.
Cinta itu adalah rumah singgah ?

Apa iya ?
Entahlah.

Setiap orang yang bingung akan menyisakan Tanya,
Untuk yang selalu bimbang, cukup jalani dan rasakan
Biarkan cinta yang menyadarkan anda
Baik,
Buruk,
Biarkan cinta yang menunjukkan itu pada anda


By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra, 1 Februari 2011. 10.45pm

YANG TIDAK RAHASIA

Tentang sebuah rahasia
Tidak mudah dijawab
Tidak bisa dijawab
Tidak boleh dijawab
Tidak harus dijawab
Tidak perlu dijawab

Menguak rahasia
Mudah dilakukan
Bisa dilakukan
Boleh dilakukan
Harus dilakukan
Perlu dilakukan

Menyimpan rahasia
Mudah ?
Bisa ?
Boleh ?
Harus ?
Perlu ?

Semua yang mudah,
Rahasia ?
Semua yang bisa,
Rahasia ?
Semua yang boleh,
Rahasia ?
Semua yang harus,
Rahasia ?
Semua yang perlu,
Rahasia ?


By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra, 1 Februari 2011, 08.05pm

Minggu, 27 Februari 2011

UNTUK KITA YANG BERMATA

Untuk kita yang mempunyai mata
Mata hati
Mata wajah
Leluasa melihat sekeliling kita
Jalan raya
Pinggiran kota
Gerbang sekolah
Tempat wisata
Tumpukan sampah

Untuk kita yang memiliki mata
Mata batin
Mata jiwa
Apa yang terlihat di sana ?
Keprihatinan
Perjuangan
Kekuatan
Tanpa malu
Tanpa ragu
Tanpa takut
Tangan-tangan tegar itu mengais , Tidak ada kata menyerah
Kaki yang melangkah tanpa gontai, Berjalan tanpa mengenal pasrah
Mereka bergantung pada saku kita, Untuk menyambung hidupnya
Berapa banyak di genggaman jemari kita, Untuk membayar kegigihan mereka

Hanya bisa menadah dengan duduk rendah
Sesekali berkata dan memasang wajah memelas
Demi uluran tangan sang tuan
Meski tak dikenal tapi tetap dituankan
Sebagian kita menganggap mereka malas
Tanpa berpikir mereka melakukan itu untuk mencari makan


Pernahkah kita memberi sebelum mereka menadah
Pernahkah kita membantu tanpa mereka minta
Apa yang kita pikirkan saat mereka mendatangi kita
Melakukan hal yang sama seperti orang lain pada mereka ?
Tidak perlu berpikir keras untuk melakukan hal yang serupa!
Mereka adalah peringatan lembut untuk kita
Bahwa sebagian dari milik kita adalah hak mereka
Jika mereka menuntut haknya dengan meminta-minta
Maka berikanlah, tanpa mereka harus menunggu lama

Yang kita berikan tidak akan membuat kita kurang
Tidak juga menjadikan emas itu karang
Atau kantong celana akan kosong ?
Tidak, melainkan menjadikannya lebih panjang dari rantai yang mengalung
Jangan pernah berharap dijuluki dermawan ulung
Itu akan membuat semuanya akan hilang
Tak tersisa hingga benar-benar kosong

Untuk kita yang memiliki mata
Mata hati
Mata wajah
Mata batin
Mata jiwa
Pekalah terhadap semua yang ada

Ada yang menunggu uluran tangan kita
Ada yang berharap ketulusan hati kita
Ada yang berjuang untuk hidupnya
Ada yang harus menafkahi anak istrinya
Ada yang selalu memelas menunggu sokongan kita

Untuk kita yang memiliki mata
Pahala menanti kita

By: dadarguling95@yahoo.com Mansy. Siroj Priamitra. 27 Februari 2011, 11.35pm

Senin, 21 Februari 2011

HIDUP DAN BERBUAT

Mungkin ada yang bertujuan untuk tersesat
Berusaha membuat hal yang berbeda
Bukan sekedar tidak sama tapi lebih kepada sebuah tonjolan
Adakalanya kita berani mengambil arah yang buat orang lain itu salah
Itu demi sebuah usaha yang tidak biasa
Meski kita orang biasa yang belum terbiasa
Tidaklah mustahil resiko besar akan menjadi hal yang kecil
Andai saja banyak orang yang tidak takut dengan penyesalan
Menjadikan usaha sebagai percobaan pengalaman untuk kemajuan
Bahwa hidup tak hanya diam, duduk atau tidur
Kita perlu menyentuh air agar merasakan segar dan dingin
Kita juga harus bisa berlari secepat mungkin
Agar harapan indah takkan berubah menjadi mimpi buruk
Sebagian orang beranggapan berbeda itu gila
Tapi mereka tidak tau bahwa keunikan yang membuat orang dikenal
Jika baik pasti selalu dikenang
Jika buruk juga tak akan hilang
Terserah orang yang memandang
Seperti apa dan bagaimana
Apapun itu
Karena kita berbuat untuk hidup
Dan hidup kita untuk berbuat
Apapun itu


By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra. 20 Feb 2011, 11.16pm, 11.44pm.

Jumat, 18 Februari 2011

KISAH PENYESALAN

“Salahkan aku yang selalu meragukan cinta dan ketulusanmu
Salahkan aku bila kini masih mengaharap engkau mau kembali
Namun engkau bukan milikku lagi
Salahkan aku, ingin kembali
Maafkan aku…, salahkan aku “ ( Nadila )

Penyesalan itu emang datangnya belakangan. Jadi , jika kita sudah memilih satu jangan lagi mencoba dengan yang lain terlebih lagi jika kita memilih seseorang itu hanya untuk dipermainkan, diduakan, ditigakan atau diempatkan. Alasannya sederhana saja, bahwa jika kita menjalani semuanya dengan bersamaan, masalah yang timbul justru berbalik menimpa kita. Tidak hanya karma, tapi kesulitan waktu untuk mereka ataupun untuk kita sendiri, belum lagi jika nanti kepergok, hubungan jadi renggang, dll.
Ini cerita tentang seseorang yang bisa dibilang “menyesal” dengan apa yang dilakukan terhadap pasangannya (pacar). Baca aja deh yah ?
Sebut saja namanya Fitri 23th. Berpacaran dengan Ifan 29 th. Mereka mulai berpacaran tahun 2009 yang lalu, pertama bertemu rasa tertarik justru ada pada si prianya sedangkan si wanitanya biasa saja. Karena pertemuan dan rasa ketertarikan itu, mulailah berkenalan , saling tukar nomor telepon, dan lain-lain seperti lumrah orang biasanya.
Setiap hari Ifan yang sering menghubungi Fitri, itu berlangsung lama sampai Fitri merasa bosan dan berpikir , seandainya Ifan menyatakan perasaanya ia akan menerima, alasannya hanya satu bahwa setelah Fitri menerima Ifan tidak akan mengganggunya seperti ini. Gayung bersambut, sampai pada saat Ifan menyatakan perasaannya dan Fitri menerima.
Harapan setelah menerima Ifan cellular Fitri tidak akan sering berdering tapi justru sebaliknya. Semakin hari semakin Fitri merasa kalau Ifan orang yang possessive, over protective jika menyangkut dengannya. Siapapun orang yang sedang dekat dengannya pasti Ifan mengintrogasi, mulai sepupu, teman, rekan kerja atau siapapun yang dilihat keluar bersamanya. Fitri mulai gerah terlebih saat Ifan berbicara masalah pernikahan.
Pikiran untuk mencari pria lain sesekali datang pada Fitri. Bukan Fitri namanya jika tidak mendapat kecengan baru dalam waktu yang tidak lama mulai dari polisi, karyawan perusahaan elit, dan lain-lain “ATM berjalan” ini alasan Fitri menerima mereka. Gaji Fitri tidaklah seberapa jika dibanding dengan hasil porotannya dari pria-pria yang menyukainya “gunakan fasilitas yang ada” hanya itu, selama tidak membuatnya rugi itu akan tetap dilakukan.
Kembali ke masalah Ifan, setelah dua tahun berpacaran desakan Ifan mengajak Fitri melangkah lebih serius semakin membuatnya males bersama Ifan, sebanyak Ifan berbicara masalah pernikahan sebanyak itupun Fitri ngeles, mengalihkan topik pembicaraan hingga terang-terangan menolak. Fitri perlahan mulai mejauhi Ifan, berbohong, ngerjain, hingga hubungan mereka benar-benar renggang.
Beberapa bulan tidak ada kabar tentang hubungan mereka, lose contact, Fitri tidak lagi berpikir tentang Ifan justru Fitri asyik menebar pesona ke kiri ke kanan. Hingga sampai pada kabar sekitar dua minggu yang lalu bahwa Ifan akan menikah, saat kabar tersebut sampai ke teling Fitri, ia seperti tidak terima. Fitri mulai mencari tau tentang wanita yang akan menikah dengan Ifan, sejak kapan mereka berhubungan hingga akhirnya sampai ke tahap ini.
Usut punya usut, ternyata si wanita bernama Wina yang sekitar tujuh bulan terakhir berhubungan serius dengan Ifan. Fitri menengarai wanita itu mulai masuk saat hubungan mereka renggang “mungkin, abang ga’ lagi nguhubungin gw karna udah jalan ama tuh cwe’”. Entah Fitri dapat kabar dari mana bahwa wanita itu yang ngebet banget sama Ifan, mulai dari nyari lahan buat usaha, ini, itu, semuanya harus sama Ifan.
“gw sebenarnya ga’ rela abang nikah ama tuh cwe’, tapi kalo ama gw, gw juga ga’ mau”. Semakin ke sini Fitri semakin gamang menetukan sikap, antara rela dan tidak melepas Ifan untuk bersama wanita lain. Sekarang justru Fitri tidak tau harus bagaimana menyikapi persaannya, di satu sisi dia belum siap melihat Ifan bersama orang lain, tapi jika bersamanya status mereka harus jelas dan itu yang memberatkan Fitri untuk berhubungan dengan Ifan.

By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra. 17 Februari 2011, 10.46pm

ACUH TAPI BUTUH

Tak ada lagi senyum yang merekah di bibir itu
Hilang sudah rona merah di pipimu
Andai dulu aku bisa kendalikan kelakuanku
Mungkin saat ini kau takkan jauh
Hanya bisa menutupi rindu
Mengganti tatapan mata setiap kali bertemu
Tegur sapa membuat diri ini malu

Acuh tapi butuh

Tentang wajahmu yang bermain di pikiran
Arti hadirmu yang hanya menjadi kerinduan
Untukku yang larut dalam penyesalan

Ingin lagi menggenggam hati yang dulu pernah ku miliki
Tapi dengan semua hal yang terjadi

Ingin rasanya ku lukis hati di wajahku
Yang menyabitkan senyum di bibir manismu
Lalu ku tulis kata cinta di keningku
Membuatmu tersipu malu dan kembali meronai merah pipimu
Malu memintamu untuk ke sisiku lagi
Tapi andai bisa, ku mohon kau kembali
Telah lama hati ini kosong tak terisi
Saat kembali bertemu, yakin kaulah yang ku nanti


By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. siroj Priamitra. 17 Februari 2011, 12.05pm

AKU DAN RABBku

Aku hidup bukan untuk hidupku
Tapi hidupku untuk yang maha hidup

Aku tak cari mati
Tapi aku siap mati
Karena aku tak takut mati
Aku memang rindu mati
Karena matiku untuk bersua dengan yang tak akan mati

Mati bukan akhgir dari hidup
Justru hidup itu berawal dari mati

Di sana takkan memikirkan yang pernah hidup
Tapi untuk menatap dan memuja sang maha hidup


By: dadarguling95@yahoo.com . Mansy. Siroj Priamitra. Kamis, 17 juni 2010, 06.40pm

JANGAN PATAHKAN LENGAN DARI PUNDAKKU

Hidup pria takkan berputa pada satu wanita saja
Meski aku pria
Tapi pria itu bukan aku
Setia bukan jaminan bagi sejuta pandang
Pandanganku untuk semua orang
Tapi semua orang tak harus memiliki pandanganku
Letakkan bara api pada kedua telapakku
Akan aku jaga agar ia tetap merah membara
Dan aku tak memintamu untuk mengipasnya
Agar itu tetap terjaga
Tapi tolong, jangan patahkan lengan dari pundakku
Hanya biarkan jemariku terus menggenggamnya
Tapi bila memang harus merubah padam dan berarang
Tolong, jangan patahkan lengan dari pundakku


By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra. Kamis, 10 juni 2010, 08.30pm

LEMBAYUNG KAKI LANGIT

Aku ingin melintasi sosok bumi yang luas
Lalu ku coba teguk hawa dinginnya madu
Tapi, apakah aku bisa ?
Aku ingin terbang jauh, bebas , lepas
Lalu kuarungi samudra luas tanpa batas
Tapi, apakah aku bisa ?

Kini, ku hanya bisa berharap perawan datang
Dengan seteguk cinta dan jawaban ketulusan

Lembayung kaki langit,
Simbol keagungan Tuhan
Hembusan angin hapus seribu satu pebat perasaanku
Orchestra kicauan sang pipit membelah langit tujuh lapis
Gesekan bambu alunkan nada alam
Melintasi muara kalbu menembus langit tujuh bidadari

Lembayung kaki langit
Kau simbol keagungan Tuhan
Seperti Adam dan Hawa
Yang tercipta dalam satu keindahan


By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra
Gw ga’ tau jelas hari sama tanggalnya kapan gw nyoret ini. Tapi yang jelas Oktober 2006.