WELLCOME TO MY BLOG

di sini lo semua bakal dapat, liat, baca, dan sekaligus menilai coretan tangan dari seorang pendosa mengaku sebagai anak adam yang mungkin buat lo nantinya ya...., sekedar biasa (cuman buat ngisi kekosongan trus iseng nyoret-nyoret ga' penting), lumayan, bagus, jelek, atau jelek banget, ha ha ha... (garing + tengsin). tapi, apalah itu terserah apa yang ada di mind lo semua yang jelas gw secara sadar dan tanpa rasa terpaksa menulis isi di blog ini... SILAHKAN LO BACA APA YANG ADA DI SINI.
tanky bertubi-tubi

Kamis, 21 April 2011

PETUAH ATASAN

ketika berbicara dengan orang yang lebih tua saya selalu menjadi pendengar yang baik, mengiyakan sesuatunya dengan mengangguk, mengucap kata “ya” dan sesekali menyela dengan apa yang ada di pikiran saya.
Ketika itu banyak nasihat dan kata-kata bertuah sudah pasti ada dan akan selalu saya tanamkan di otak saya. Mungkin saja suatu saat nanti ketika berhadapan dengan sesuatu hal apapun itu kedepannya baik atau buruk, nasihat yang mereka berikan bisa jadi panduan dan referensi saya dalam meutuskan segala sesuatunya.
Hari ini ekitar jam sepuluh pagi, saat salah seorang rekan kerja di ruangan saya, Riyan (bukan nama sebenarnya), tidak bisa bekerja seperti biasa dikarenakan kondisinya yang kurang mendukung untuk masuk bekerja sejak kemarin. “kemarin dia ikut demo ya?” Tanya Pimpinan saat melihat rekan saya tidak ada di meja kerjanya. Saya dan satu rekan yang masih dalam ruangan itu menjawab tentang kondisinya yang sejak kemarin sehingga tidak memungkinkan dia masuk kerja sampai hari ini. Pimpinan memaklumi kondisinya sambil memeberi kami petuah. (dimulai dari sini)
“semua apa yang kita dapat berdasarkan apa yang kita perbuat, contohnya saja saat bekerja seperti ini mungkin pernah tidak amanah dengan pekerjaan dan tanggung jawab. Akhirnya hasil yang kita dapat tidak barokah malah mendatangkan susah untuk diri sendiri” kurang lebih seperti itu yang beliau katakan. (sebelumnya maaf, bukan maksud mengunjing rekan kerja) memang belakangan ini beberapa pegawai lainnya merasa kecewa dengan kinerja rekan seruangan saya yang satu ini. Bagaimana tidak beberapa pekerjaan yang dijanjikannya akan selesai dalam sehari malah sering molor hingga tiga sampai empat hari waktu penyelesaiannya. Padahal laptop kantor dipercayakan kepadanya untuk dibawa pulang agar beberapa pekerjaan yang tidak bisa diselesaikan bisa dibawa pulang tapi hal tersebut tidak berpengaruh dalam kinerjanya. Pernah juga dia berinisiatif sendiri untuk mengambil peralatan kantor yang sudah selesai direparasi, cukup lama dia tidak kembali ke kantor setelah berkata bahwa dia yang akan mengambil sendiri property tersebut. Atasan langsung meneleponnya tentang masalah tersebut “maaf bos, saya masih di balai kantor desa karena ada masalah. Sebentar lagi saya akan ambil sendiri ke sana”. Pimpinan mana yang tidak jengkel, merasa disepelekan perintah yang ditugaskan pada bawahannya. Tentang kinerjanya itu sebenarnya pimpinan tidak terlalu mempersoalkan karena masih ada saya dan satu rekan seruangan Riyan yang bisa meng-handle pekerjaan yang sekiranya harus dikerjakan saat Riyan tidak ada. Tapi Pimpinan mulai sedikit tidak enak hati saat beberapa kali pegawainya yang lain sering mengeluh tentang kinerja Riyan
Saat ada rapat koordinasi, evaluasi dan pembagian tugas, Riyan diberikan tugas khusus untuk menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan saja sedangkan urusan yang menyangkut kepegawaian lainnya langsung berurusan pada saya dan rekan yang satunya lagi. Tapi tetap saja ini malah membuatnya semakin ringan untuk bekerja semaunya. Saat Pimpinan harus pulang lebih awal, Riyan pun izin keluar kantor untuk suatu keperluan yang hanya dia sendiri yang tau, tetapi anehnya sampai jam kantor usai dia tidak kembali, itu terjadi tidak hanya sekali atau dua kali, tapi berkali-kali.
“bekerjalah sungguh-sungguh sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawab masing-masing, saya tidak semata-mata memberi kalian pekerjaan tapi saya awasi dan saya nilai sendiri kinerja kalian”. Beliau juga mengatakan bahwa pengasilan yang kecil jangan dijadikan alasan untuk bekerja semaunya karena uang itu bisa datang lewat dan sisi manapun tergantung yang Memberi (sambil menunjukkan jarinya). Ditambahkan lagi jika barokah pekerjaan kita bukan berasal dari bentuk pekerjaan atau tanggung jawab yang kita emban tapi lebih pada kepuasan orang yang memberi kita tanggung jawab dan kepuasan semua aspek di sekekliling kita yang merasakan langsung efek dari pekerjaan dan tanggung jawab kita, disitulah inti barokah itu. “jika sudah seperti ini uang itu bisa datang dari mana saja, tidak selalu dari gaji kita” lanjutnya lagi sambil sesekali menepuk paha dan menyentuh tangan saya.
“jangan pernah berkata bahwa, ini milik saya, ini hasil saya. Jangan!” saya pun menangkap dan mengiyakan pernyataan beliau tentang hal tersebut. Kita hanya manusia, kita bukanlah apa-apa jika tidak ada Tuhan yang menjalankan darah, menggerakkan organ, dan membiarkan udara setiap harinya untuk kita hirup, karena semua yang ada di diri kita atau di sekeliling kita bukanlah milik kita, kita hanya dipinjamkan untuk kita jaga dan kita jalankan sesuai rule yang ada.
“saya seorang bapak bagi anak-anak saya, bukan maksud saya menyanjung diri saya, tapi beginilah saya. Saya melakukan semua, berjuang untuk keluarga saya” kata beliau yang buat saya itu kata yang tulus (sepanjang beliau berbicara saya menatap matanya). Banyak orang bilang tentang hidup anak-anak pimpinan saya yang enak bisa menjadi anak orang kaya dan sayapun sempat berpikir sama tapi saat ini pandangan saya berubah dan itu karena suatu hal yang yang belum pernah beliau ceritakan kepada orang lain tentang segala sesuatu yang dimiliki anak-anaknya. Beliau menyimpulkan ada tiga tipe orang tua, pembimbing, (orang tua) penonton dan membuat kapok (jera). Belia juga membandingkan seorang penjual bahan material (seperti biasa beliau selalu meminta maaf, bukan niat membicarakan orang lain) yang ada di dusun sebelah yang sangat mereki/ perhitungan. Bagaimana tidak, anaknya sendiri yang menghutang bahan bangunan saja tidak diperbolehkan padahal itu anak sendiri “saat kita sakit bahkan mati nanti, yang mengurusi kita adalah anak-anak kita. Bukan orang lain” ini alasan beliau yang patut dibenarkan. Sama halnya dengan orang tua yang menonton anak-anaknya (sudah membesarkan dan menikahkan rasanya sudah cukup) tanpa berbuat sesuatu untuk kebaikan anak-anaknya padahal mereka bisa dan mampu melakukan itu. “tapi saya mencoba dan masih mencoba untuk penjadi orang tua sekaligus pembimbing untuk anak-anak dan menantu-menantu saya” kurang lebih itu maksud yang ingin ditunjukkan beliau kepada saya, memang semua anak-anak beliau sudah berkeluarga dan berumah sangat dengan dengan rumah beliau.
Satu hal lagi yang mungkin tidak banyak orang yang tau, saat melihat rumah anak-anaknya yang bisa dikatakan bagus dan berdiri beberapa waktu setelah mereka menikah, rasanya tidak mungkin melihat menantu dan anak-anaknya saat itu bukan pegawai negeri sipil (katakan saja seperti itu standar rata-rata tingkat kemapanan orang-orang kampung). Satu yang terpikir bahwa beliaulah yang membuatkan rumah untuk anak-anaknya. “memang benar dan wajar mereka mengatakan seperti itu karena yang terlihat di luarnya memang seperti itu, tapi mereka tidak tau kalau sebenarnya saat saya membangun itu untuk mereka sudah ada perjanjian bahwa mereka akan menyicil biaya pembangunannya” kesan dan pendapat orang sebelumnya salah, saat ini saya baru tau. “sama halnya dengan mobil, suami anak saya yang anggota polisi saya tawarkan mobil second saat mereka mau membeli mobil baru. Toh, mobil itu juga bekas ayahnya bukan orang lain. Lalu mereka membeli mobil itu dan saya membeli mobil baru untuk Gita (anaknya yang terakhir). Sekarang Gita sudah menikah, tanggung jawab saya sekarang tinggal memantau dan membimbing mereka” lanjutnya lagi. Satu lagi pelajaran yang dapat saya ambil yaitu kata beliau bahwa

“keberhasilan orang tua adalah saat meraka mampu membimbing anak-anaknya”

By: dadargguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. Siroj Priamitra Selasa, 19 April 2011, 04.20pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar