WELLCOME TO MY BLOG

di sini lo semua bakal dapat, liat, baca, dan sekaligus menilai coretan tangan dari seorang pendosa mengaku sebagai anak adam yang mungkin buat lo nantinya ya...., sekedar biasa (cuman buat ngisi kekosongan trus iseng nyoret-nyoret ga' penting), lumayan, bagus, jelek, atau jelek banget, ha ha ha... (garing + tengsin). tapi, apalah itu terserah apa yang ada di mind lo semua yang jelas gw secara sadar dan tanpa rasa terpaksa menulis isi di blog ini... SILAHKAN LO BACA APA YANG ADA DI SINI.
tanky bertubi-tubi

Selasa, 29 Maret 2011

CERITA LUKA UNTUK SETIA


“bebaskan aku dalam penjaramu yang kering tanpa titisan madu
Bebaskan aku di dalam sangkar ku rela, terkubur cinta”
(Iwan)


Pertemuan itu terjadi kurang lebih tiga tahun yang lalu di sebuah pantai. Suasana yang ramai oleh orang yang lalu lalang, berpasangan entah itu hanya sekedar teman, keluarga atau mungkin pasangannya. Sore itu saya sedang duduk sendiri di sebuah dudukan di pantai yang sengaja dibuat dari semen lengkap dengan meja dan tiga dudukan lain yang serupa. Tidak banyak hal yang saya lakukan selain melihat orang-orang yang lalu-lalang ke kiri dan ke kanan, ada yang bergendengan, berlari berkejaran, tertawa, dll. Terpikir untuk membaca, lalu saya keluar jalan raya untuk membeli buku di sebuah took buku yang tidak jauh dari pantai.
Di tengah tengah membaca, tiga orang wanita datang tanpa saya ketahui “sorry mas, kita boleh duduk di sini yah..?” seingat saya satu dari mereka bertanya seperti itu. Berhubung saya duduk sendiri, saya pikir tidak ada ruginya mempersilahkan mereka bergabung duduk di meja saya. Terlalu banyak yang mereka bicarakan (secara mereka cewe’, kan, makhluk jenis ini ada aja bahan buat dirumpiin) selama mereka berbicara selama itu juga membuat saya risih dan rentang waktu itu juga saya tidak konsen membaca dan tidak mengerti dengan bacaan saya (alasan orang bego’), rasanya secara tidak langsung mereka memaksa saya untuk menguping apa yang mereka bicarakan. Sempat berpikir kalalu mereka tidak menganggap saya ada di situ, mungkin mereka lupa atau masa bodoh dengan keberadaan saya yang lebih dulu di meja itu, tapi tak apalah kebiasaan cewe kalau lagi asyik ngerumpi bisa lupa sama apa aja.
Entah angin apa yang akhirnya membuat mereka menyapa saya. Mereka menawarkan perkenalan dan saya pun tidak menolak, mereka Wana, Yanti dan Alvin. Seperti perkenalan umumnya saling bersalaman, menyebutkan nama dan ujungnya saling bertukar nomor telephone.
Satu di antara mereka membuat saya tertarik untuk lebih mengenalnya, Alvin. Dia cantik, itu yang utama, buat saya kecantikan itu yang pertama, urusan keyakinan, keturunan atau kekayaan itu urusan belakangan. Mungkin banyak yang bilang membina hubungan yang serius yang pertama dilihat adalah keyakinannya harus sama dengan apa yang kita yakini, katanya biar prinsip dan jalannya lebih mudah. Ada juga yang bilang mencari wanita untuk dipacari atau dijadikan teman hidup itu dilihat dari hatinya tapi jujur, setiap orang yang bertanya kepada saya, ketika melihat wanita hal apa yang membuat saya tertarik. Jawabannya adalah Fisik alias kecantikannya. Alasannya sederhana saja, jika dia cantik tapi keyakinannya berbeda atau hatinya (katakana saja ) tidak baik. Hati dan keyakinan itu masalah dalam, sekeras kerasnya hati tetap saja hati itu bukan batu, batupun ketika terus menerus dititikkan air lambat laun batu tersebut akan membuat lorong kecil karena titikan air yang tidak henti menimpanya, klise memang tapi ini juga merupakan kebenaran secara ilmiyah yang pasti diterima logika. Tentang sebuah hubungan beda keyakinan, saya laki-laki, kepala rumah tangga, saya tau apa yang harus saya lakukan untuk sebuah keluarga, toh banyak juga yang rela pindah keyakinan dan semakin yakin dengan jalan yang dipilihya yang meskipun awal hal tersebut dilakukan demi pasangannya. Lalu bagaimana jika wajahnya jelek tapi hatinya baik, keyakinannya juga sama, lelaki tampan tapi menginginkan wanita seperti ini buat saya tuh cwo’ udah ga’ laku kali yah (meskipun yang jelek juga butuh kasih sayang), menginginkan dia cantik, lalu merubah wajahnya dengan operasi plastik, itu kan malah berdosa, jadinya tidak menerima pemberian Tuhan!. Jadi intinya sebagai laki-laki saya tidak munafik kalau memilih wanita adalah melihat dari fisiknya (wacananya mulai ga’ nyambung)
Kembali ke topik, Alvin. Saya tertarik, merasa tidak perlu lagi membaca lalu buku saya tutup dan memulai obrolan dengan Alvin sedang kedua temannya berjalan entah ke mana. Saya yakin saat itu juga Alvin sudah mulai suka dengan saya meskipun dia tidak mengutarakannya tapi saya dapat melihat tanda-tandanya (narsis, sok cakep deh gw). Setelah dari pertemuan itu kita sering telepon-teleponan, menukar kabar, apa yang sudah dilakukan, sudah makan?, met malam, selamat tidur, selamat pagi, jaga kesehatan ntar sakit, merayu, ngegombal, kopi darat, dll. Lalu sebulan setelah itu kita jadian, saling percaya, setia, menjaga dan mengerti satu sama lain.
Sebulan jadian perasaan kita masih sama (maklum sama-sama lagi kasmaran), menginjak ke tiga bulan sedikit demi sedikit sifat asli kami mencuat ke permukaan. Sifat saya yang cuek ketika dia dengan siapa saja, teman laki-laki atau perempuannya saya tetap percaya bahwa pacar saya tidak akan macam-macam. Ketika bertemu saya selalu hati-hati untuk menutur segala sesuatunya, takut jika ada kata-kata saya yang membuatnya marah, anda tau kenapa? Makin ke sini dia semakin memperlihatkan bahwa dia egois dan pencemburu. Saya selalu saja salah, menjawab kata-katanya salah, diam juga sepertinya lebih salah, parahnya lagi dia kasar dan ringan mengangkat tangannya, kontras dengan pribadinya yang dulu saya kenal (kalo dipikir-pikir yang cowo’ gw ato dia yah?). tapi saya selalu sabar, menunggu dia akan berubah, mungkin ini jawaban atas alasan saya memilih pacar yang harus cantik dan tidak dulu mementingkan hati dan perilakunya, entah ini resiko atau karma.
Setiap marah selalu seperti itu, mengancam untuk putus, sesering itupun saya menolak dan pada akhirnya saya yang selalu minta maaf meskipun dia yang jelas-jelas salah. Tidak lebih dari enam bulan masa pacaran kami, saya sudah lelah dengan sifatnya yang tidak mau berubah. Hari itu terakhir dia mengancam untuk putus, tidak seperti biasanya dia mengetakan itu lantas saya menolak dan meminta maaf, tapi kali ini saya yang mengiyakan untuk putus. Terlihat dia kaget, saya tidak menghiraukan dan pergi, sejak saat itu saya tidak bertemu lagi dengan Alvin meskipun saya tau saya belum bisa melepas dia, saya ingin dia berubah tapi kalau usaha saya tidak diimbangi dengan kemauan dan usahanya untuk merubah perilakunya, buat saya semua yang saya lakukanitu sia-sia. Sempat berpikir untuk mengajak dia kembali bersama saya, tapi saya gengsi (ga’ ada tuh di kamus gw nembak cewe’, apalagi ampe ngemis buat balikan. Sorry lah yaw?) pikir saya kalau dia masih sayang saya dia yang akan minta balikan tanpa saya minta.
Setahun berlalu saya tidak pernah lagi bertemu atau berhubungan dengan Alvin, mungkin dia sudah benar-benar lupa dengan saya. saya pernah bertemu dengan salah satu temannya, Wana, dan katanya Alvin masih mengharapkan saya untuk kembali menjadi pacarnya. Saat itu saya merasa bahwa cinta saya untuk seorang Alvin mulai makin mahal, saya menjawab Wana “kalo emang dia masih ngarep gw, ya.., dia dong yang ke sini minta gw buat balikan ama dia. Dia yang ngajakin pacaran, dia juga yang minta kita buat udahan. Nah, giliran karang udah putus, yang pengen balikan dia, dia juga dong harusnya yang ke sini ngomong ama gw”
Sudah hampir dua setengah tahun saya tidak lagi memikirkan tentang Alvin, sekarang saya pun sudah berhubungan lagi dengan seorang wanita yang buat saya cantik, baik, kaya, dan SEIMAN. Sejauh ini, satu tahun umur hubungan kita, dia yang lebih pengertian, sabar, sayang, baik, kalau saya tidak menghubungi dia sudah tau kalau saya tidak punya pulsa, diisiin, dan yang terpenting dia yang sering mengingatkan saya untuk sholat, bangga punya pacar seperti dia.
Belum lama ini saat saya dan pacar saya ke pantai, tanpa saya duga Alvin ada di situ. Saya tidak berpikir untuk memikirkan dia apalagi sampai mengharap dia ada di tempat di mana saya dan pacar saya ada di sana, tidak pernah sekalipun. Saat saya duduk sendiri, pacar saya sedang berjalan dengan temen-temannya entah ke mana. Tanpa saya sadari tiba-tiba Alvin datang menyapa, saya kaget, kenapa dia ada di sini. Kali ini dia yang lebih banyak berbicara dibanding saya, saya hanya menjadi pendengar yang baik dan sesekali menyela dan menjawab curhatannya. Parahnya lagi dia minta untuk balikan, katanya semenjak putus dia tidak lagi berhubungan dengan laki-laki lain, saat dia minta putus itu hanya candaannya dan mengetes saya lagi karena seperti yang sudah-sudah setiap dia minta untuk putus saya selalu menolak. Di hari itu dia sangat kaget karena saya mengiyakan kita untuk udahan.
“lo sayang sama gw serius, lo cinta sama gw serius?” dia menjawab “iya”
“kalo lo serius sayang, cinta sama gw, trus kenapa waktu tu lo masih becanda untuk minta putus” saat itupun saya keluarkan semua apa yang ada dipikiran saya tentang dia dulu saat kita masih punya hubungan, dari sifatnya yang egois sampai dia yang selalu ringan tangan. “aku reflek mukul kamu karena aku kesel” alasan itu tidak bisa saya terima. Mungkin dulu saya yang sering mengalah, tapi kali ini dia yang tidak pernah berhenti meminta maaf. saya juga sudah lelah dengan semua urusan tentang dia, saya juga tidak mau berbicara lama dengan dia, jujur saya takut pacar saya datang dan melihat kami berdua lantas berpikir hal yang macam-macam tentang saya dan Alvin.
“belum terlambat kok, kamu bisa putusin pacar kamu dan kita bisa balikan terus pacaran lagi kayak dulu. Aku janji, aku akan berubah untuk kamu” saya sudah bosan mendengar janji berubah untuk saya, karena janji ini bukan yang pertama dia ucapkan. Saat saya tidak menjawab, Alvin menggenggam kedua tangan saya, sekali lagi dia meminta untuk kami balikan dan berhubungan seperti tiga tahun yang lalu. Di tengah Alvin menggenggam tangan saya saat itu pacar saya datang, melihat kami dan pergi tanpa bicara dan tanpa apapun
“gw udah nyaman ama cwe gw yang sekarang dia jauh lebih baik dari lo, kalo gw putusin dia dan balikan sama lo, tetep aja, gw nyakitin cwe juga. Posisiin diri lo jadi cwe gw. Apa lo mau? Apa lo tega nyakitin cewe’ juga. Tolong, gw udah ga’ bisa lagi untuk kita kayak dulu”.
Banyak lagi kata-kata Alvin yang buat saya makin cape’ untuk mendengarnya. “saat gw udah benar-benar ngelupain lo, tanpa gw mau lo malah datang ke gw dan ngomong macem-macem. Karang cwe gw liat kita bedua dan dia pergi, karang gw harus gejelasin semua tentang gw dan lo ke dia, nyeritain semuanya yang buat gw ga’ penting buat dia tau, karang terserah lo mau apa yang jelas gw udah ga’ ada perasaan lagi sama lo”.
Saya berlalu dan membiarkan Alvin di meja tadi…

Dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. Siroj Priamitra, 27 Maret 2011, 12.33am

1 komentar:

  1. “bebaskan aku dalam penjaramu yang kering tanpa titisan madu
    Bebaskan aku di dalam sangkar ku rela, terkubur cinta”

    judl lagunya apa ya ommm
    plizzzz

    BalasHapus