WELLCOME TO MY BLOG

di sini lo semua bakal dapat, liat, baca, dan sekaligus menilai coretan tangan dari seorang pendosa mengaku sebagai anak adam yang mungkin buat lo nantinya ya...., sekedar biasa (cuman buat ngisi kekosongan trus iseng nyoret-nyoret ga' penting), lumayan, bagus, jelek, atau jelek banget, ha ha ha... (garing + tengsin). tapi, apalah itu terserah apa yang ada di mind lo semua yang jelas gw secara sadar dan tanpa rasa terpaksa menulis isi di blog ini... SILAHKAN LO BACA APA YANG ADA DI SINI.
tanky bertubi-tubi

Selasa, 29 Maret 2011

PACAR 50 JUTA


“b3ibey…, bSok maLEm diAjk bapk Bwt mkan di Rumah,!!!”
kurang lebih begitulah isi pesan yang diterima Bama dari pacarnya, Wina. Sedikit kaget, bagaimana tidak sebagai pacar Bama tidak terlalu akrab dengan pak Yadi, calon bapak mertuanya itu. Selain jarang ketemu menurut Bama wajah calon bapak mertuanya itu membuat dia takut tiba-tiba mengajak makan malam. “udah tinggi, badannya gde, mukanya killer pula. Takut gw ama tampangnya yang nyeremin”
selama pacaran dengan Wina, tidak lebih dari sepuluh kali Bama bertemu dengan calon bapak mertuanya. Ketika bapaknya Wina sedang ada di rumah Bama sering tidak betah berlama-lama ngapel di rumah Wina, begitu pula saat papasan atau bertemu dengan bapaknya Wina di luar rumah Bama selalu saja menghindar atau sekedar mencari alasan agar tidak berlama-lama dengan calon bapak mertuanya itu.
Bama tidak tau sama sekali mengenai alasan sehingga pak Yadi mengundangnya ke rumah Wina untuk makan malam sekitar jam 7 malam. “kalo buat lebih kenal gw, kayaknya ga’ deh, soalnya kita beberapa kali ketemu dan ngobrol lumayan lama. Kalo buat tau seluk beluk keluarga gw kayaknya juga ga’ deh, Wian sama mamanya udah gw kasi tau semuanya. Apa dong? Jangan-jangan buat ngetes gw doang kali yah?. Bodo deh!”
Masalah ajakan makan malam nanti selalu itu saja yang dipikirkan Bama, pas kuliah, kerja, kumpul sama teman-teman bahan obrolannya selalul saja masalah yang satu itu. Hampir semua teman-temannya merasa bosan dengan topik obrolan mereka lalu beralih mengejek, meledek dan menggoda Bama akan calon bapak mertuanya yang bakalan punya niat yang lain di balik ajakannya untuk makan malam nanti di rumah pacarnya. “tunggu aja ntar Bam, gw yakin, pasti lo disuruh yang macem-macem. Siap aja deh lo?”
“beiBs…, jGn luPa ntaR mal3m yaCh??... gayA yg Kre3nz, bYr ga’ malu2in…” isi pesan yang mengingatkan Bama untuk ke rumah Wina pukul 7 malam nanti. Sedini mungkin Bama mempersiapkan semuanya, penampilan, bajunya, celana, sepatu, kaos kaki, sampai kendaraan yang akan dipakai nantinya. “ya elah Bam. Ajakan makan di rumah pacar aja ribet lo minta ampun, biasa aja deh” nasihat salah satu temannya yang melihat Bama sibuk dengan persiapan nanti malam. Bama tidak memperdulikan kata-kata temannya itu baginya malam nanti dia harus meyakinkan orang tua Wina terutama bapaknya bahwa dia cocok dan serasi dengan anaknya. “paling ga’ tuh bapak yakinlah kalo gw anak baek-baek, ga’ pernah maen-maen sama anaknya” itu jawaban yang dilontarkan untuk teman yang menasihatinya tadi.
Sebuah kesengajaan Bama datang agak telat. Beberapa pesan dari Wina mengingatkan Bama agar cepat datang tepat waktu. Grogi, nervous, itu yang dirasakan Bama yang berusaha melawan rasa ketidak percaya dirinya untuk bertemu orang tua Wina dan pastinya nanti akan diajak berbicara lebih intens hingga akhirnya Bama datang tidak terlalu telat.
Sampai di depan gerbang rumah, Wina yang berinisiatif membukakan gerbang untuk sang pacar lalu keduanya masuk. Bama bersalaman dengan kedua orang tua Wina dan langsung masuk ke temapt makan. “perasaan di luar ga’ ujan ya nak, tapi kok pacarmu telat yah?” begitu kata pak Yadi pada Wina, merasa dirinya disindir Bama hanya menggaruk kepala yang sebenarnya tidak gatal. “sorry, aku grogi, tadi di jalan kebanyakan mikir. Hampir aja aku batal buat datang, baru datang aku udah dapat penyiksaan batin.” bisik Bama pada Wina yang sambil senyum melihat Bama yang masi gagu’.
Ketika di meja makan Bama hanya bisa diam, sesekali menjawab singkat pertanyaan yang dilontarkan pak Yadi padanya yang banyak bicara justru Wina sambil tersenyum ketika melihat pacarnya selalu mati gaya dengan semua pertanyaan dari bapaknya Wina. “Win, pacar kamu ini lagi diet ngomong yah. Kata-katanya irit sekali….”. skak mat Bama.
Selesai makan sekiranya Bama berharap jika penyiksaan batinnya sudah berakhir tapi tidak hal ini masih berlanjut dan saat itu di masjid dekat rumah baru dikumandangkan azan isya’. Saat mau pamit pulang pak Yadi menahan Bama agar jangan pulang dulu justru mengajaknya untuk shalat isya bersama di rumah. Tidak ada alasan yang tepat untuk menolak itu, kembali sedikit terpaksa Bama pasrah dengan mengiyakannya lalu mengambil wudhu. “Bama, kamu pake kopiahnya bapak. Jadi imam yah?” jder!!!, kepala Bama serasa mau pecah, berbagai alasan berusaha menolak, mengeles agar tidak jadi imam. Sekeras usaha Bama mencari alasan sesering itupun pak Yadi selalu menjawab agar Bama mau jadi imam. Pasrah, Bama akhirnya mau lalu sholat bertindak sebagai imam.”untung aja gw bisa hafal beberapa ayat” katanya dalam hati
Sesaat setelah sholat, keluarga ini mengajak Bama ke ruang tengah. Di sana mereka mengobrol, bercanda, tertawa dan sebagainya tapi tetap saja tidak membuat Bama untuk bisa berbicara banyak. Wina berinisiatif mengambil papan catur lalu meminta Bama dan bapaknya untuk bermain saat itu. Dari awal Bama tau kalau dia pasti kalah, soalnya di tidak terlalu bisa bermain catur. Lagi pula kalau dia jago main catur dia juga pasti akan mengalah untuk sang calon bapak mertua.
Nasihat dari kedua orang tua Wina sangat didengarkan Bama demikian pula dengan guyonan sebagai bumbu penyedap obrolannya tetap saja tidak membuar Bama tertawa, sebatas hanya sentum saja. “kalau Bama serius dengan Wina, silahkan siapkan 50 juta saja. Itu sudah cukup. Di luar itu jangan berharap bisa nikah dengan anak saya, kali ini saya serius. Kalau nak Bama mau dan siap” mendengar itu Bama semakin kagok dan mati kutu, tidak bisa berkata apa-apa lagi selain mengutak-atik dan memindah-mindahkan anak caturnya yang masih tersisa dan akhirnya tidak lama setelah itu Bama pamit pulang dengan alasan ada janji mengerjakan tugas bersama teman-temannya.
Setelah acara malam itu, Bama langsung menceritakan semuanya kepada temaan-temannya. Seperti biasanya tidak ada yang didapati Bama dari teman-temannya selain ketawaan dan ledekan. Hal ini pula yang menjadi bahan pikiran Bama.
DAN TIDAK LEBIH DARI 3 BULAN SETELAH MALAM ITU WINA DAN BAMA PUTUS!!!

Dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. Siroj Priamitra, 29 Maret 2011, 12.17am

RAYUAN GOMBAL LAKI-LAKI tapi garing. BUAT CEWE-CEWE KUDU HATI-HATI


1. Jika kamu bunga, maka akulah tangkainya. Akan ku jaga dan ku pertahankan kau agar tetap di sampingku (cuih…)
2. Saat kamu terjaga ijinkan aku yang selalu menemanimu. Saat kau terlelap biarkan aku yang selalu membelaimu (prĂȘt…!)
3. Seribu bintang akan hilang saat kau berteduh di bawah langit malam. Sejuta bintang membentuk binaran di mata indahmu yang meredupkan terangnya cahaya bulan (wakakaka… ancur mina!)
4. Kamu percaya ga’ kalo semua bidadari itu punya sayap?. Aku ga’ tuh. Coba deh kamu balik belakang, tu kan, ga’ semua bidadari itu punya sayap! (muntah darah…!)
5. Kamu adalah sisi positif dan aku sisi negatifnya, sekali kita bertemu pasti akan timbul daya tarik. (hahay… magnet kale…)
6. Kau kuibaratkan dengan bola basket dan aku adalah keranjangnya. Aku selalu berharap suatu saat kau akan jatuh dan masuk ke dalam pelukanku (narsis najis…)
7. Aku selalu bimbang dalam menentukan arah, kadang ringan kadang pula berat. Aku butuh sesuatu untuk keseimbanganku. Kini aku semakin yakin bahwa kaulah neraca cintaku (beli berapa kilo mas…, atombua cie’…)
8. Cantik, tak harus lelah mencari belahan jiwa karena aku yakin kaulah tulang rusukku yang lama hilang (kuliah anatomi nih…)
9. Jika aku adalah poros putaran maka kamu adalah jarak radiusnya, dengan membuat satu lingkaran maka di situlah dunia tempat kita berdua (hahay…, peres!)
10. Aku adalah angka minus sedangkan kamu angka plus, tanpa kita sadari kita memang diciptakan sebagai pasangan yang saling melengkapi (garing banget tau…!?)
11. Liat deh, b8intangnya dikit banget yah, tau ga’ npa?, karena semuanya udah pindah ke mata kamu (alah…, basi!)
12. Cintaku sebesar dunia, seluas jagad raya ini kepadamu. Cintaku sedalam samudera, setinggi langit di angkasa, kepadamu (lyric lagu tuh, ga’ kreatif… ke laut aja sono)
13. Tiada lagi kata yang indah untuk diucap, karena kau terlalu indah untuk digambarkna dengan kata-kata. Tiada satu apapun yang bisa melukiskan wajahmu, karena rona pipimu mengalahkan sejuta cerahnya warna. (huah…, jayus!)
14. Kau adalah sebutir kristal yang mengilau, tak akan ku genggam erat, karena aku takut kau akan rapuh. Akupun tak juga melepaskan hingga jatuh ke tanah karena aku takut kau akan hancur. (wuidih…, parah… gombal stadium empat)
15. Bila kamu sedang sedih aku akan membuatmu tersenyum. Jika kamu kalut, letakkan gundahmu di pundakku. Jika ada yang menyakitimu, aku akan datang membelamu. (gw lagi kere nih, kasi gw duit dong!. Ada ga’?)
16. Kekuranganku memang tak sepadan dengan kelebihanmu, tapi setiaku sama tingginya dengan cinta dan percayamu. (derajat gw ama lo, tinggian mana kalo dibanding ama tiang listrik!)
17. Hatimu terlalu rapuh jika selalu sindiri, harusnya kau tau bahwa jiwaku yang akan menguatkannya (alah lebay, ikat aja pake tambang atau gembokin pake rantai kapal…, susah amat)
18. Aku udah susah buat ngeliat wajah yang laen, tau ga’ kenapa, karena cinta kamu udah ngerabunin mata aku. (alah…, palingan lo minus tuh, periksa ke dokter mata gih!)
19. Jangan pernah takut berjalan di siang hari, karena cintaku akan memayungi kemana kamu pergi (kalo ujan ntar gw pinjem yah…?)
20. aku udah ga’ bisa ngomong apa-apa lagi, selain AKU CINTA KAMU (hahay…, udah buntu, kehabisan bahan!)


by: dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
mansy. Siroj Priamitra. Jum’at, 24 Maret 2011. 09.42pm, Sabtu, 26 Maret 2011, 08.08.

CERITA LUKA UNTUK SETIA


“bebaskan aku dalam penjaramu yang kering tanpa titisan madu
Bebaskan aku di dalam sangkar ku rela, terkubur cinta”
(Iwan)


Pertemuan itu terjadi kurang lebih tiga tahun yang lalu di sebuah pantai. Suasana yang ramai oleh orang yang lalu lalang, berpasangan entah itu hanya sekedar teman, keluarga atau mungkin pasangannya. Sore itu saya sedang duduk sendiri di sebuah dudukan di pantai yang sengaja dibuat dari semen lengkap dengan meja dan tiga dudukan lain yang serupa. Tidak banyak hal yang saya lakukan selain melihat orang-orang yang lalu-lalang ke kiri dan ke kanan, ada yang bergendengan, berlari berkejaran, tertawa, dll. Terpikir untuk membaca, lalu saya keluar jalan raya untuk membeli buku di sebuah took buku yang tidak jauh dari pantai.
Di tengah tengah membaca, tiga orang wanita datang tanpa saya ketahui “sorry mas, kita boleh duduk di sini yah..?” seingat saya satu dari mereka bertanya seperti itu. Berhubung saya duduk sendiri, saya pikir tidak ada ruginya mempersilahkan mereka bergabung duduk di meja saya. Terlalu banyak yang mereka bicarakan (secara mereka cewe’, kan, makhluk jenis ini ada aja bahan buat dirumpiin) selama mereka berbicara selama itu juga membuat saya risih dan rentang waktu itu juga saya tidak konsen membaca dan tidak mengerti dengan bacaan saya (alasan orang bego’), rasanya secara tidak langsung mereka memaksa saya untuk menguping apa yang mereka bicarakan. Sempat berpikir kalalu mereka tidak menganggap saya ada di situ, mungkin mereka lupa atau masa bodoh dengan keberadaan saya yang lebih dulu di meja itu, tapi tak apalah kebiasaan cewe kalau lagi asyik ngerumpi bisa lupa sama apa aja.
Entah angin apa yang akhirnya membuat mereka menyapa saya. Mereka menawarkan perkenalan dan saya pun tidak menolak, mereka Wana, Yanti dan Alvin. Seperti perkenalan umumnya saling bersalaman, menyebutkan nama dan ujungnya saling bertukar nomor telephone.
Satu di antara mereka membuat saya tertarik untuk lebih mengenalnya, Alvin. Dia cantik, itu yang utama, buat saya kecantikan itu yang pertama, urusan keyakinan, keturunan atau kekayaan itu urusan belakangan. Mungkin banyak yang bilang membina hubungan yang serius yang pertama dilihat adalah keyakinannya harus sama dengan apa yang kita yakini, katanya biar prinsip dan jalannya lebih mudah. Ada juga yang bilang mencari wanita untuk dipacari atau dijadikan teman hidup itu dilihat dari hatinya tapi jujur, setiap orang yang bertanya kepada saya, ketika melihat wanita hal apa yang membuat saya tertarik. Jawabannya adalah Fisik alias kecantikannya. Alasannya sederhana saja, jika dia cantik tapi keyakinannya berbeda atau hatinya (katakana saja ) tidak baik. Hati dan keyakinan itu masalah dalam, sekeras kerasnya hati tetap saja hati itu bukan batu, batupun ketika terus menerus dititikkan air lambat laun batu tersebut akan membuat lorong kecil karena titikan air yang tidak henti menimpanya, klise memang tapi ini juga merupakan kebenaran secara ilmiyah yang pasti diterima logika. Tentang sebuah hubungan beda keyakinan, saya laki-laki, kepala rumah tangga, saya tau apa yang harus saya lakukan untuk sebuah keluarga, toh banyak juga yang rela pindah keyakinan dan semakin yakin dengan jalan yang dipilihya yang meskipun awal hal tersebut dilakukan demi pasangannya. Lalu bagaimana jika wajahnya jelek tapi hatinya baik, keyakinannya juga sama, lelaki tampan tapi menginginkan wanita seperti ini buat saya tuh cwo’ udah ga’ laku kali yah (meskipun yang jelek juga butuh kasih sayang), menginginkan dia cantik, lalu merubah wajahnya dengan operasi plastik, itu kan malah berdosa, jadinya tidak menerima pemberian Tuhan!. Jadi intinya sebagai laki-laki saya tidak munafik kalau memilih wanita adalah melihat dari fisiknya (wacananya mulai ga’ nyambung)
Kembali ke topik, Alvin. Saya tertarik, merasa tidak perlu lagi membaca lalu buku saya tutup dan memulai obrolan dengan Alvin sedang kedua temannya berjalan entah ke mana. Saya yakin saat itu juga Alvin sudah mulai suka dengan saya meskipun dia tidak mengutarakannya tapi saya dapat melihat tanda-tandanya (narsis, sok cakep deh gw). Setelah dari pertemuan itu kita sering telepon-teleponan, menukar kabar, apa yang sudah dilakukan, sudah makan?, met malam, selamat tidur, selamat pagi, jaga kesehatan ntar sakit, merayu, ngegombal, kopi darat, dll. Lalu sebulan setelah itu kita jadian, saling percaya, setia, menjaga dan mengerti satu sama lain.
Sebulan jadian perasaan kita masih sama (maklum sama-sama lagi kasmaran), menginjak ke tiga bulan sedikit demi sedikit sifat asli kami mencuat ke permukaan. Sifat saya yang cuek ketika dia dengan siapa saja, teman laki-laki atau perempuannya saya tetap percaya bahwa pacar saya tidak akan macam-macam. Ketika bertemu saya selalu hati-hati untuk menutur segala sesuatunya, takut jika ada kata-kata saya yang membuatnya marah, anda tau kenapa? Makin ke sini dia semakin memperlihatkan bahwa dia egois dan pencemburu. Saya selalu saja salah, menjawab kata-katanya salah, diam juga sepertinya lebih salah, parahnya lagi dia kasar dan ringan mengangkat tangannya, kontras dengan pribadinya yang dulu saya kenal (kalo dipikir-pikir yang cowo’ gw ato dia yah?). tapi saya selalu sabar, menunggu dia akan berubah, mungkin ini jawaban atas alasan saya memilih pacar yang harus cantik dan tidak dulu mementingkan hati dan perilakunya, entah ini resiko atau karma.
Setiap marah selalu seperti itu, mengancam untuk putus, sesering itupun saya menolak dan pada akhirnya saya yang selalu minta maaf meskipun dia yang jelas-jelas salah. Tidak lebih dari enam bulan masa pacaran kami, saya sudah lelah dengan sifatnya yang tidak mau berubah. Hari itu terakhir dia mengancam untuk putus, tidak seperti biasanya dia mengetakan itu lantas saya menolak dan meminta maaf, tapi kali ini saya yang mengiyakan untuk putus. Terlihat dia kaget, saya tidak menghiraukan dan pergi, sejak saat itu saya tidak bertemu lagi dengan Alvin meskipun saya tau saya belum bisa melepas dia, saya ingin dia berubah tapi kalau usaha saya tidak diimbangi dengan kemauan dan usahanya untuk merubah perilakunya, buat saya semua yang saya lakukanitu sia-sia. Sempat berpikir untuk mengajak dia kembali bersama saya, tapi saya gengsi (ga’ ada tuh di kamus gw nembak cewe’, apalagi ampe ngemis buat balikan. Sorry lah yaw?) pikir saya kalau dia masih sayang saya dia yang akan minta balikan tanpa saya minta.
Setahun berlalu saya tidak pernah lagi bertemu atau berhubungan dengan Alvin, mungkin dia sudah benar-benar lupa dengan saya. saya pernah bertemu dengan salah satu temannya, Wana, dan katanya Alvin masih mengharapkan saya untuk kembali menjadi pacarnya. Saat itu saya merasa bahwa cinta saya untuk seorang Alvin mulai makin mahal, saya menjawab Wana “kalo emang dia masih ngarep gw, ya.., dia dong yang ke sini minta gw buat balikan ama dia. Dia yang ngajakin pacaran, dia juga yang minta kita buat udahan. Nah, giliran karang udah putus, yang pengen balikan dia, dia juga dong harusnya yang ke sini ngomong ama gw”
Sudah hampir dua setengah tahun saya tidak lagi memikirkan tentang Alvin, sekarang saya pun sudah berhubungan lagi dengan seorang wanita yang buat saya cantik, baik, kaya, dan SEIMAN. Sejauh ini, satu tahun umur hubungan kita, dia yang lebih pengertian, sabar, sayang, baik, kalau saya tidak menghubungi dia sudah tau kalau saya tidak punya pulsa, diisiin, dan yang terpenting dia yang sering mengingatkan saya untuk sholat, bangga punya pacar seperti dia.
Belum lama ini saat saya dan pacar saya ke pantai, tanpa saya duga Alvin ada di situ. Saya tidak berpikir untuk memikirkan dia apalagi sampai mengharap dia ada di tempat di mana saya dan pacar saya ada di sana, tidak pernah sekalipun. Saat saya duduk sendiri, pacar saya sedang berjalan dengan temen-temannya entah ke mana. Tanpa saya sadari tiba-tiba Alvin datang menyapa, saya kaget, kenapa dia ada di sini. Kali ini dia yang lebih banyak berbicara dibanding saya, saya hanya menjadi pendengar yang baik dan sesekali menyela dan menjawab curhatannya. Parahnya lagi dia minta untuk balikan, katanya semenjak putus dia tidak lagi berhubungan dengan laki-laki lain, saat dia minta putus itu hanya candaannya dan mengetes saya lagi karena seperti yang sudah-sudah setiap dia minta untuk putus saya selalu menolak. Di hari itu dia sangat kaget karena saya mengiyakan kita untuk udahan.
“lo sayang sama gw serius, lo cinta sama gw serius?” dia menjawab “iya”
“kalo lo serius sayang, cinta sama gw, trus kenapa waktu tu lo masih becanda untuk minta putus” saat itupun saya keluarkan semua apa yang ada dipikiran saya tentang dia dulu saat kita masih punya hubungan, dari sifatnya yang egois sampai dia yang selalu ringan tangan. “aku reflek mukul kamu karena aku kesel” alasan itu tidak bisa saya terima. Mungkin dulu saya yang sering mengalah, tapi kali ini dia yang tidak pernah berhenti meminta maaf. saya juga sudah lelah dengan semua urusan tentang dia, saya juga tidak mau berbicara lama dengan dia, jujur saya takut pacar saya datang dan melihat kami berdua lantas berpikir hal yang macam-macam tentang saya dan Alvin.
“belum terlambat kok, kamu bisa putusin pacar kamu dan kita bisa balikan terus pacaran lagi kayak dulu. Aku janji, aku akan berubah untuk kamu” saya sudah bosan mendengar janji berubah untuk saya, karena janji ini bukan yang pertama dia ucapkan. Saat saya tidak menjawab, Alvin menggenggam kedua tangan saya, sekali lagi dia meminta untuk kami balikan dan berhubungan seperti tiga tahun yang lalu. Di tengah Alvin menggenggam tangan saya saat itu pacar saya datang, melihat kami dan pergi tanpa bicara dan tanpa apapun
“gw udah nyaman ama cwe gw yang sekarang dia jauh lebih baik dari lo, kalo gw putusin dia dan balikan sama lo, tetep aja, gw nyakitin cwe juga. Posisiin diri lo jadi cwe gw. Apa lo mau? Apa lo tega nyakitin cewe’ juga. Tolong, gw udah ga’ bisa lagi untuk kita kayak dulu”.
Banyak lagi kata-kata Alvin yang buat saya makin cape’ untuk mendengarnya. “saat gw udah benar-benar ngelupain lo, tanpa gw mau lo malah datang ke gw dan ngomong macem-macem. Karang cwe gw liat kita bedua dan dia pergi, karang gw harus gejelasin semua tentang gw dan lo ke dia, nyeritain semuanya yang buat gw ga’ penting buat dia tau, karang terserah lo mau apa yang jelas gw udah ga’ ada perasaan lagi sama lo”.
Saya berlalu dan membiarkan Alvin di meja tadi…

Dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. Siroj Priamitra, 27 Maret 2011, 12.33am

Sabtu, 26 Maret 2011

BBF Vs 3C

Malam ini perdana tayang acara televisi remaja “3 C”, para pelakonnya berjumlah tujuh orang yang sama-sama beranjak dari anak boyband Indonesia yang baru naik daun, arti dari nama club vocal plus dance mereka ini katanya “tujuh orang sebagai tujuh pahlawan”. Anehnya “plagiator” melekat di sinetron ini. Pernah dengar tentang tayangan televisi drama Korea yang bertajuk BBF ? yup, benang merah keduanya sama persis dengan sinetron 3C ini mulai dari background anak orang tajir, sekolah elite, pemeran utama wanitanya anak orang miskin, karakter beberapa pemain dan lain-lain sedangkan perbedaanya hanya jumlah personel dan Negara pembuatan , kalau BBF dari Korea, 3C dari Indonesia.
• Personel (pelakon)
Kita mulai dari female actrees-nya, di BBF sebagai anak orang miskin yang punya usaha laundry sedangkan 3C masih tetap anak orang miskin tapi anak dari seorang penjahit. Kesamaannya adalah dia masuk sekolah elit itu karena beasiswa.

Tentang para aktornya di BBF berjumlah empat orang, sedangkan 3C berjumlah tujuh orang. Di BBF sebut saja namanya Gu Jhun Pyo sedangkan di 3C Rafa XXX, Actor utamanya sama-sama anak orang paling kaya, sombong, blagu, egois dan disegani di gengnya. Selanjutnya, anggota geng paling dingin alias cool dan tertutup. Nama Korea-nya Ji Hoo dan Indonesianya Ganmor, jika di BBF karakternya penyuka music “Biola” sedangkan di 3C sebagai anak yang suka baca alias kutu buku. Selain mereka ada juga playboy cuek, sedangkan personel geng dengan karakter lainnya hanya sebagai pelengkap alias embel-embel ga’ penting.

• Alur cerita
Dimulai dari lokasi sekolah hanya saja di 3C setting-nya masa orientasi sekolah dan jalan ceritanya sama-sama dimulai dengan seorang siswi sekolah yang mencoba melawan seorang senior yang dirasa tidak punya perasaan terhadap juniornya.

So, saya rasa anda semua sudah mengerti alur ceritanya dan faham betul endingnya seperti apa…!!!?


dadarguling95@yahoo.com. / manusaallorya@ymail.com

BALADA KAWIN LARI

Ini cerita tentang kakak cwe gw yang bisa dibilang kawin lari mendadak (bukan kawin sambil lari lho!) yah, namanya juga anak gadis. Dia udah kepengen banget kali yah ?. Tapi kalo dipikir-pikir kan, ga’ harus seperti itu. Kan bisa diajak ke rumah, ketemu sama orang tua atau paling ga’ kenalan ama saudara-saudaranyalah. Lah, ini ga’. Katanya sih cwonya jelek tapi kok mau kawin ma tuh orang. Ga’ habis pikir gw!.
Hari sabtu, kakak gw udah ngewanti-wanti gw buat ngerjaen ini ama itu. Waktu gw bilang emang dia mau kemana, eh, katanya dia mau ke Lombok. Gw sempat nahan buat dia berangkatnya besok aja tapi dianya tetap ngekeh pengen berangkat siang itu.
Sehari, dua hari, tiga ampe empat hari di sana ga’ ada kabar sama sekali. Eh, hari kelimanya ada yang bawa kabar tuh orang mau kawin. Pas kabar itu nyampe ke kakak cwe gw yang satunya lagi (kakak gw banyak boo’) langsung deh tu dilaporin ke bokap gw, terang aja bokap gw langsung nelpon dia. Pas ngomong di telpon ama bokap seh, katanya dia ga’ lagi mau kawin, katanya juga kalo besok pagi bakalan balik ke Sumbawa. Tapi ampe besoknya dia ga’ nongol-nongol batang idungnya. Ini juga pas lagi smsan ama gw, dia pake nomor laen. Gw Tanya, dia lagi dimana, jawabnya lagi di Keruak (au deh, tempat itu di mana ) pas gw tanya lagi apa bener dia mau kawin, dia juga bilang ga’. Tapi pas besoknya ada empat orang datang ke rumah pengen ketemu ama bokap. Terang aja kabar yang kemaren datang emang bener. Dia kawin di Lombok.
Laen kakak gw laen juga neh anak satu yang umurnya 15-an tahun, tapi SD tapi centilnya minta ambruk. Namanya Nurmin, meski umurnya segitu tapi masih kelas V SD, kebayang ga’ bego’nya nih anak kayak apa?. Di luar jam sekolah kerjaannya bukan belajar tapi kelayapan ke sana ke mari, ga’ tau siang atau malem pasti kelayapan. Itu di luar jam sekolah, bagaimana kalau di sekolah ?. hahay, setiap ada jam kelas olahraga seragamnya selalu laen dari teman-temannya yang laen. Ga’ cuman nyampe sini doang, setiap ada gru baru yang mask ke sekolah apalagi kalo masih bujang pasti disalamin. Ga’ lewat guru-guru yang laen, temen-temannya, sampai lewat kepala sekolahpun dia nih bocah berani nitip salam. “pak, salamin ya ke pacar saya, itu lho guru baru itu”. Dablek ga’ tuh ?...
Kaitannya dengan kawin lari? Ada dong (gw yang nanya gw juga yang jawab), mungkin karena si Nurmin ini cape’ sekolah, hampir 3 bulan tidak pernah masuk sekolah. Gurunya pun sudah ikut-ikutan capek tentang prilaku nih bocah. Selama rentang waktu itu dia sering bantu-bantu di rumah seorang bapak yang umurnya hampir menginjak kepala enam dan itu berlangsung cukup lama. Sampai saat antara si bapak dan Nurmin ini sama-sama menghilang alias tak lagi terlihat di lingkungan rumah mereka. Selang beberapa waktu kemudian datang kabar bahwa kedua orang yang usianya terlampau beda yang jauh ini berada di Lombok. Sudah bisa ditebak mereka kawin lari. Kini Nurmin sudah hamil menginjak 5 bulan. (dunia makin gila)….
Ada lagi cerita tentang Raihanun, cwe asal Lombok Timur yang sudah lama berpacaran dengan pemuda yang juga tetangga gw. Pacaran mereka sering putus nyambung (BBB kali…). Mungkin mereka udah kebelet banget pengen kawin, akhirnya mereka juga ikut-ikutan menjalankan tradisi kawin lari. Kalau dua kasus di atas kawinnya di Lombok yang ini kejadiannya di Sumbawa, gw juga kebagian menjadi Panitian pernikahan mereka. Apesnya lagi pengen untung tapi malah bunting, ceritanya pas gw lagi ngumpul sama panitia yang laen di rumah pengantin sedang menulis undangan nikahan mereka, lumayan lama di sana, selesai menulis undangan mau pulang, eh, sandal gw ilang, mana sandalnya baru, apes banget gw waktu itu (penyakit ga’ nyambung gw kumat. Maklumin yah?). sekarang, Raihanun dan suaminya sudah punya anak laki-laki yang namanya Ressa (tuh nama gabungan dari nama ortunya (ga’ nyambung lagi kan? Cerita tentang mereka udahan di sini yah!?)
Selain mereka yang di atas ada juga Fitri dan Ojan. Cwe’nya masih sekolah kelas XI dan si cwo’nya udah ga’ sekolah, karena udah sama-sama ngebet jadinya orang tuanya pada ngalah. Udah terlanjur juga, apa boleh buat, mau ga’ mau harus dilanjutin. Fitri terpaksa ga’ bisa lagi lanjut sekolah, mana ada sekolah yang mau menerima murid yang statusnya istri orang.
Masih dengan tema kawin lari kali ini Yeng, cwo’ 27 tahun sarjana ekonomi yang juga pegawai di pemerintahan daerah. Pacarnya Novi 19 tahun mahasiswa yang baru masuk kuliah. Ceritanya si Novi ini pergi dari rumah dengan meninggalkan surat untuk kedua orang tuanya, tapi isi surat itu bukan untuk kawin tapi dia ingin liburan. Yeng sendiri sejak siang sudah pusing ke sana ke mari mencari pinjaman duit, tanpa ada yang terpikir bahwa dia akan kawin lari. Sekitar jam 3 dini hari cwe’nya diajak ke rumah pak kadus dan sudah bisa ditebak, jika sudah ada kasus seperti itu pertanda bahwa orang tersebut KAWIN LARI!.
Ceritanya itu aja yah….

By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra. 11 Februari 2011.
manusaallorya@yahoo.com Mansy. Siroj Priamitra23 Maret 2011, 11.45pm

KAU, ANAKMU DAN OBAT KUAT

Obat kuat, apa yang ada di pikiran anda?
Hahahaha… ngejol men!!!
Di satu tepian jalan raya di desa kecil pinggiran kota ada salah satu kios kecil yang menjual peralatan nelayan, mesin, listrik, pakan unggas, alat tulis dan obat-obatan, salah satunya ada obat yang dijual rahasia. Eitss…, jangan kasi tau orang lain itu “obat kuat”, ngejol men! Hahahahaha… (ketawa dulu yuk)
Setiap malam pasti saja ada yang mencari obat itu, mulai dari Urat madu, Madu Lanang, Galak, Pil Kuda, dll. Yang mencari obat ini macem-macem, orang tua, muda, setengah tua, ampe tua beneran. Dari yang beristri, duda, belum beristri, nelayan, tukang ojek, wirausaha sampai kepla desa sebelah menjadi pelanggan setia obat kuat yang hanya dijual di kios ini. Malam ini sudah dua orang yang datang membeli obat kuat yang berbeda.
1. Pak Wani, laki-laki setengah baya umurnya kira-kira 55 tahun. Saya tidak tau asalnya dari mana yang jelas ketika saya ada di kios itu hampir sekali tiga malam pasti datang membeli Urat Madu. Dia tidak mau membeli obat yang lain selain Urat Madu, katanya obat tersebut sangat cocok untuk dia, pas, mantep. Pernah lagi dia ditipu oleh orang masalah obat yang harganya sama dengan yang biasa dibeli, tapi manfaat dan efek yang ditimbulkan tidak sama. “ka i kelo ku ling tau, aidah semata mo. Iyo o, opmoku buya token len, ningka bae ti. Apa keras ku rasi ke mido sa o…” (ane ketipu ame orang, busset dah. Karang nih ye, ga’ lagi deh ane nyari ke tempat yang laen, di mari aje. Soalnya udah klop banget ame nih obat). Sebelum saya menulis init uh orang baru dari kios yang saya maksud.
2. Nama desanya Dasan Anyar, desa sebelah di sana ada beberapa orang yang saya kenal, mulai dari Ani teman kuliah saya, Fini adiknya Ani, Sari yang menikah dengan orang dari desa tersebut, Risdianto teman kuliah yang juga kakak iparnya Sari, Pak sulaiman guru saya semasa SD dulu yang sekarang menjadi partner kerja, dll (ga’ ngambung yah?) dan satu orang yag sangat berkaitan dengan tulisan ini adalah Jack, kepala desanya. Udah punya istri sih tapi udah uzur (ga’ kuat alias ga’ bisa lagi ngelayanin suami di ranjang kali yah, hahahaha…) tapi ini jujur, bapak yang satu ini selalu datang dengan kijang hijaunya, obat favoritnya adalah Urat Madu tapi pernah beberapa kali mencoba Madu Lanang (serepan kalo Urat Madunya abis) tapi malam ini biasa yang dibeli Urat Madu, dua botol energy drink plus obat multivitamin (lengkap sudah). Oh ya, ada cerita pedagang di kios itu dengan bapak ini. Sebenarnya yang menjaga kios waktu itu adalah anak dari pemilik kios. Pak Jack, lama berdiri di depan kios, sesekali melihat ke dalam kios, mungkin yang dia lihat bukan yang punya kios yang selalu ditemuinya jadi cukup lama menyapa si anak. “lo handuk berek?” (handuk sobek ada ga’?) si anak pemilik kios mulai bingung, yaiyalah, kan di kios itu isinya peralatan mancing, mesin dan barang berat yang lain. Makanan aja ga’ ada apalagi handuk sobek. Tapi tidak lama langsung mengerti dengan barang yang dicari bapak ini.
3. Ada juga pak Memet tukang ojek yang dari dusun tetangga, rumahnya kira-kira 1,5 kilometer jauhnya dari kios tersebut. Orangnya lumayan tua, satau saya sudah punya 3 orang anak yang sudah dewasa. Obat favoritnya adalah Galak, awalnya bapak ini berbicara dengan yang punya kios di bangku depan kios, tidak lama setelahnya meminta si anak agar memberinya galak, itupun uang yang dibawa bapak ini kurang. Tua-tua keladi!
4. Sedikit berbeda dengan pak memet, bapak yang satu ini namanya pan ucok, rumahnya tidak jauh dari kios penjual obat, badannya sehat, umur kira-kira menginjak kepala enam, obat yang selalu diincarnya Madu lanang yang harganya Rp.25.000 tapi akhir-akhir ini pak Ucok tidak pernah lagi datang membeli Madu Lanang
5. Pak Janib, tidak pernah membeli obat sih, tapi baru malam ini saya mendengar dia menyebut obat kuat. Awalnya mau mancing, jadi tujuan mulanya ke kios untuk membeli peralatan memancingnya. Saat mau pergi bapak ini bertanya kebetulan yang sedang di kios adalah anak dari pemilik kios “di sini ada obat kuat!?” katanya tiba-tiba, berhubung yang ditanya tidak terlalu jelas mendengar, si anak kembali bertanya tentang pertanyaan yang tadi akhirnya si bapak mempertegas pertanyaannya “ada obat (sorry) ngentot ga’?” tanyanya jelas. Katanya sih mau membeli obat itu bukan untuk dimimun sendiri tapi untuk anaknya yang sebentar lagi nikah, karena sudah dua hari anak lelakinya membawa lari (mengajak kawin lari) anak gadis orang.

Ini aja yah… sampai ketemu di tulisan selanjutnya dengan topic yang berbeda..


By: dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. siroj Priamitra, 23 maret 2011, 12.21am.

Selasa, 22 Maret 2011

DIA… DIA… DIA…

“eh, Chun, boking no!” sambil menepuk bahu temannya (Chuni) di sampingnya yang sedang balik belakang. Sontak Chuni langsung balik belakang “mana men ?”
Di depan ada dua wanita yang berjalan melintasi mereka, satunya memakai jilbab, tertutup sambil merengkuh buku di dadanya dan yang satunya tidak berjilbab, skeeny jeans ketat yang memperlihatkan lekuk pahanya dengan tas di pundaknya. Keduanya berjalan bersama sesekali tersenyum dan menyela pembicaraa dengan tertawa
“cakep ya Chun ? itu baru namanya cwe!, tipe gw banget tuh. Ga’ kayak punya lo, pengen luarnya doang, ntar kalo udah dapet lo biarin gitu aja!” ujar Pian pada Chuni sahabat kentalnya.
“ye…, biarin. Eh, sob, tau ga’? sebagai cwo kita itu harus pinter-pinter berpetualang!” jawab Chuni ngeles. “petualang? Maksud lo?” tandas Pian pada Chuni.
“yah…, ni anak payah banget. Lo tuh bego beneran atau pura-pura bego, sih? Petualangan cintalah. PrĂȘt!” jawabnya sambil meledek sahabat yang di sampingnya. “kebiasaan lo, inget tuh, lo masih punya adik cwe, karma loh!” jawabnya sembari menasihati Chuni. “au ah, terserah lo aja. Eh, besok malam jadi ya kita ke taman, cuci mata” ujar Chuni sembari mengingatkan Pian tentang rencana mereka. “iya dong, tapi lo bawa netbook yah, gw males bawa” pintanya pada Chuni.
“okelah, udah siang nih, cabut yok?” seru Chuni dan diamini Pian.

Setelah percakapan di siang itu mereka pulang ke rumah masing-masing

***

“eh Chun, tuh cwe dua kayaknya yang kemaren siang deh?”
“mana Yan” sambil mencari sosok wanita yang dimaksud Pian. “eh iya bener, mata lo tajem juga, kayak kalong, samperin sono gih? Ya…, kali aja salah satu dari mereka ada yang suka ama lo!”
“ogah ah, malu gw. Kalau lo mau, lo aja yang samperin”
“ya udah lo tunggu disini yah”

Chuni langsung mendekati kedua wanita yang duduk tidak jauh dari mereka. Entah apa yang mereka bicarakan, cukup lama mengobrol sampai saat Chuni mengutak-atik netbook yang dibawa oleh kedua wanita tersebut.
Tidak lama Chuni kembali
“eh, Yan, mereka lagi browsing, nyari-nyari bahan tuh, minta dibantuin. Bantuin gih, gw ga’ ngerti bahan apaan”
Tanpa berpikir lama Pian beranjak dari dudukannya menghampiri kedua wanita tersebut dengan membawa netbook.

“yup, kenalin dulu ini teman gw namanya Pian. Yan, kenalin ini namanya Yana (sambil menunjuk ke arah si jilbaber) trus ini Lani “ sambil duduk di sebelah Lani (gadis yang tidak berjilbab.
Saat dikenalkan Pian langsung mengulurkan tangan dan langsung dijabat Lani sedangkan Yana hanya tersenyum dan menyimpulkan kedua telapak di bawah dagunya sambil tersenyum. Pian sempat malu karena uluran tangannya tidak dijabat Yana. “netbooknya gw pegang Yan. Lo bantuin mereka gih.” Pinta Chuni.
“eh, bantuin kita dong, mas. Kita lagi nyari-nyari bahan buat tugas neh. Bisa ya?” Tanya Lani tanpa malu sambil menatap langsung mata Pian. “ga’ usah pake mas, manggilnya, gw bukan orang jawa soalnya” jawabnya mencoba melucu sambil mengutak-atik netbook
“abang gimana, atau kak aja?” jawab Lani dengan nada centil. “kalau abang janganlah, gw bukan tukang ojek, kalo kak juga gw ogah, kan gw ga’ pernah kawin ama kakak lo. Pian ato Iyan aja cukup” sambil menatap Yana di depannya yang dari tadi tidak mengeluarkan suara apapun, sesekali hanya tersenyum. “hahahaha… lucu deh kamu, ngegemesin banget.” sambil mencubit pipi Pian yang duduk tepat di sebelahnya.

Sepanjang waktu itu Lani yang selalu memancing obrolan, agresif sedangkan Pian hanya menjawab singkat seperlunya. Setiap Berbicara dan bertanya Pian selalu mengarahkan kata-katanya pada Yana, tapi yang ada selalu Lani yang menjawab.
“Yana kuliahnya ambil apa?” tanya Pian basa-basi
“dia ambil Cinematography, sama ama aku” jawab Lani yang tidak ditanya, mendengar yang menjawab adalah Lani, Pian agak kesal sedangkan Yana hanya mengangguk dan tersenyum. Saat Yana menjawab pertanyaan Pian selalu dengan kata “ya”. “sato kost-an juga sama Lani” Tanya pian yang kembali di jawab yana dengan “ya”.
“Yana emangnya ga’ punya kosa kata lain selain ‘ya’ ya?, mungkin kalo ditanya bokapnya maling juga bakalan dijawab, iya!” katanya ketus. “ga’, gila kali ah, bokapnya Yana maling. Tapi kayak nya bokap kamu deh yang maling Yan, soalnya kamu udah nyuri hati aku!” lagi-lagi Lani nyeletuk sambil mengelus pundak Pian.
“iya bener bokapnya Pian emang maling” timpal chuni nyeletuk
“eh, sembarangan, diam lo nyet!” tandas Pian pada Chuni sambil tersenyum.
“udah selesai neh, bahannya udah gw copy-in semua, cocok ama tugas lo bedua” ujar Pian menatap Yana. “Chun, balik yok?” lanjutnya menoleh ke Chuni.
Tidak lama setelah Pian dan Chuni pergi Yana dan Lani pun beranjak pulang tapi dengan arah yang berlawanan.

***
Pian terbangun oleh nada celularnya
“mmmm…., hallo…” dengan nada lemas menjawab panggilan celularnya
Ternyata yang meneleponnya adalah Lani yang sedang di kampus, di dalam hati pian bertanya-tanya darimana Lani mendapat nomer teleponnya, setaunya di malam mereka bertemu hanya sebatas berkenalan dan membantu browsing saja, tidak sampai saling bertukar nomor telepon. Kini, Pian beranjak duduk dari posisi tidurnya, masih mendengar ocehan Lani yang tidak dihiraukian sambil menoleh ke jam kamarnya yang menunjukkan pukul sepuluh pagi.
“iya deh, gw kesana. Tapi gw mandi dulu.” Jawabnya dan seketika mematikan celularnya. Ternyata Lani minta dijemput Pian, alasannya dia tidak punya kendaraan untuk pulang. Pian sebenarnya sedikit kesal karena yang diharapkan menelpon adalah Yana bukan Lani, alasannya mau menjemput Lani karena ingin bertemu Yana di kost-an mereka.
Di jalan mengantar pulang Lani justru meminta mampir dulu ke supermarket, katanya mau belanja keperluan kost “persediaan udah hampir habis” itu katanya sewaktu dia atas motor.
Sesampai mereka di kost, Pian tidak menemukan Yana di sana. Ingin menanyakan di mana Yana, pian malu, takut lani jadi tersinggung jika merasa tidak dianggap keberadaannya. Lagi-lagi Lani mengajak ngobrol Pian di dalam kost-annya di sana hanya mereka berdua, Pian sebenarnya ingin cepat pulang tapi Lani menahannya agar tudak terburu-buru, “habisin dulu minumnya”.
Saat Lani membaca pesan di celularnya. Tidak tau kenapa ia mengingatkan Pian karena tadi mau pulang “Tadi katanya ada janji, kasian lho chuni nungguinnya ntar lama”. Mendengar itu Pian malah senang karena tidak lagi ditahan untuk pulang, mengenai alasan Lani yang tidak mencegahnya pulang Pian masa bodoh dengan itu yang penting dia tidak berlama-lama dengan Lani apa lagi di dalam kost yang hanya ada mereka berdua.

***
“lo tungguin gw di taman, bentar lagi gw nyampe” kurang lebih begitulah pesan yang baru diterima Pian dari Chuni.
***
“Eh, cimeng. Lo ke mana aja. Gw cariin di kampus ga’ ada, gw samperin ke rumah, katanya lo keluar. Emang abis dari mana sih lo?” Tanya Chuni sambil ngoceh ga’ jelas.
“gw ga’ ngampus hari ini, kesiangan tadi gw. Bangun jam sepuluh” jawabnya lalu menceritakan semua sampai akhirnya mereka bisa ketemu sekarang jam tiga sore. Chuni juga menceritakan kejadian kampus saat dia kuliah, memang tidak penting untuk dibahas tapi itulah mereka selalu ada saja bahan yang mereka jadikan topic pembicaraan, ledekan, ketawaan dan sejenisnya. Demikian juga masalah wanita, Chuni memberi tau Pian bahwa dia melihat tanda ketertarikan Lani pada Pian tapi Pian justru mengatakan dia sebenarnya menyukai Yana bukan Lani. “yang tertutup itu lebih bagus, jadinya kita penasaran pengen tau apa yang ada di dalemnya. Tapi kalo yang udah kebuka, pengen tau apa? Kan udah keliatan dalemnya ada apaan, ya ga’?” jawabnya beralasan. Dari obrolan saat itu Pian meminta bantuan chuni untuk mencari info tentang Yana. ”lo juga usaha sendiri dong, jangan nunggin dari gw, kan yang suka lo, bukan gw. Masa’ yang ngebet lo tapi iyang ribet malah gw”. Jawab Chuni.
***
Dua bulan setelah perkenalan mereka rentang waktu tersebut Pian selalu mencari celah agar bisa bertemu dengan Yana, paling tidak untuk memberi salam syukur-syukur kalau diajak mengobrol lebih lama
Tapi selama waktu tersebut Lanipun sering menelpon dan mengirimkan pesan pada Pian, “risih gw” katanya pada Chuni.
Rencananya pas saat ulang tahun Yana, Pian akan menyatakan persaanya pada Yana. “gw udah yakin banget nih Chun, mantep gw ama Yana, bantuin gw buat nembak pas ultahnya”
Tidak ada yang tau seberapa besar perasaan yang dimiliki Pian terhadap Yana, hanya dia yang tau.terlebih lagi saat dia tau bahwa Yana tipe wanita yang bisa jaga diri. Ceritanya saat itu Yana sendiri di kost-annya dan suatu kebetulan Pian diminta mengantarkan buku Lian yang dipinjam Chuni. Tanpa sengaja mereka bertemu dan mengobrol banyak, saat Pian menyinggung diajak masuk Yana langsung menolak karena mereka hanya berdua, bukan muslim,dan lain sabagainya. Banyak lagi hal lain yang tidak sengaja dilihat Pian tentang Yana yang makin membuatnya kagum akan sosok seorang wanita anggun, cantik, pintar menjaga diri, wanita itu bernama Yana, wanita yang sangat disukainya.
***
Seketika Pian mendapat pesan yang mengingatkan agar ia tidak lupa untuk datang ke acara pesta ulang tahun Yana malam nanti,
Saat tiba di tempat acara ulang tahun Yana di sana sudah banyak tamu yang datang Pian dan Chuni melihat beberapa mahasiswa kampus yang dikenalnya selebihnya mungkin rekan dan temn-teman Yana.
Sama seperti hari-hari biasanya Yana menyambut tamu acaranya dengan ramah bersalaman, cipika cipiki dengan tamu wanita dan menyimpulkan tangan di bawah dagu untuk tamu pria dengan senyuman dan kata terima kasih. Melihat itu dari luar tempat acara Pian makin kagum padanya.
Ketika masuk bersama Chuni seseorang langsung meraih lengannya dan mengajaknya berjalan tepat di samping kolam, seperti adegan di sinetron Indonesia, basi. Yah, wanita itu adalah Lani, wanita agresif yang Pian tidak suka. Karena tau Pian tidak senang dengan yang dilakukan Lani, Chunipun mengikuti keduanya hingga dengan membawa dua gelas minuman, kini mereka tidak hanya berdua tapi bertiga dengan Chuni. “sorry, Lan, gw cuman bawa dua, pengen bawa tiga tapi tangan gw cuman ada dua, ga’ mungkin kan gw ngasi lo minum pake kaki” kata Chuni yang mulai jengkel pada Lani yang agresif terhadap sahabatnya dengan nada ketus. “makasi ya Chun, tau aja lo kalo gw risih ama dia” tegas Pian. “biasa aja, udah minum airnya” jawab Chuni sambil sedikit mengangkat gelasnya.
Di belakang Pian, Yana datang bersama seorang pria. “hai, makasi ya udah datang ke acara aku. (sambil melirik ke pria yang di ajaknya) kenalin dulu, ini Pian panggil aja Iyan, dan ini Chuni, mereka teman di kampus aku. Oh ya, Yan, Chun, kenalin dulu ini Bani, Pacar aku!”
Drrrrrr… tidak ada halilintar, petir, hujan, gempa tsunami, atau apalah itu rasanya dunia sudah mau hancur. Chuni yang baru meneguk, airnya langsung berhenti di kerongkongannya, keselek, sambil mendekati sobatnya seolah tau apa yang di rasakan sahabatnya. Tapi keduanya tanpa memperlihatkan wajah kecewa membalas dengan senyuman senbari mengulurkan tangan dan menyebut nama masing-masing. “kita ke temen-temen yang lain dulu yah, selamat senang-senang” itu yang diucapkan Yana pada keduanya
Beberapa saat setelah meniup lilin dan memotong kuenya, Yana mengumumkan bahwa dia dan pacarnya sudah lima tahun berhubungan, empat tahun terakhir pacarnya melanjutkan studi di luar dan sejak setahun ini mereka sudah bertunangan. Mendengar hal itu hati Pian makin hancur. Ya, kali ini dia benar-benar patah hati.
Acara selesai, beberapa undangan yang datang mulai beranjak satu persatu. Pian dan chuni menjadi yang terakhir yang akan pulang malam itu. Tapi, saat setelah pamit dan keluar tempat acara saat itu Lani datang dan ingin berbicara sebentar dengan Pian dan mengajaknya sedikit menjauh dari Chuni. “Yan, dari awal ketemu dua bulan yang lalu aku sudah suka sama kamu, aku juga tau kok kalo kamu tau itu. Jujur, aku suka banget sama kamu. Kamu mau ga’ jadi pacar aku”. Pian terkejut, dia baru sadar bahwa kata-kata yang diucapkan Lani adalah ungkapan perasaan untuknya. Padahal Pian yang akan mengutarakan perasaannya pada Yana, tapi sekarang kondisinya terbalik, justru seorang wanita yang menyatakan perasaan padanya. Tapi sayangnya wanita itu bukan Yana seperti yang diharapkan Pian.
“sorry, Lan. Sorry banget, saat ini gw belum bisa ngebales perasaan kamu. Tapi aku rasa waktunya ga’ tepat aja. Ada satu alasan yang buat aku ga’ belum bisa nerima kamu, yang saat ini aku ga’ bisa ngasi tau alasan itu ke kamu, Sorry yah. (sambil melirik jam tangannya) Udah malem juga. Aku balik dulu ama Chuni, ngantuk. Sekali lagi sorry neh. Gw jalan dulu. Dah..” dengan rasa kecewa Pian berjalan menghampiri Chuni meninggalkan Lani yang masih berdiri di tempat mereka tadi berbicara. “Lani nembak lo yah men, udah, lo ga’ usah nyesel nolak dia” ucapnya sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
Memang dan seharusnya Pian tidak menyesal karena tidak membalas perasaan Lani. Dari pada dia menerima dan menjalani hubungan tapi hatinya masih untuk orang lain itu akan hal yang akan menyakitkan untuk Lani.


By: dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com.
Mansy. Siroj Priamitra, 20 – 21 Maret 2011.

Sabtu, 19 Maret 2011

DILEMA

Ada sejuta rahasia yang harus diungkapkan
Demikian pula misteri yang masih belum bisa dipecahkan
Beribu tanda yang tersisa oleh gerak curiga
Jiwa dewasa meletakkan sengaja di atas tanya
Menjadikan penasaran membungkus berbagai duga

Jangan pikirkan ikan yang tak pernah terlelap
Demikian pula akan walet yang terbang jauh dari mata
Biarkan semuanya terang meski sempat mengejap
Karena hal yang tertutup lambat laun pasti akan terbuka
Tentang sisi penyelimutnya, biarkan waktu yang mengusap
Kini perlahan mendekati terang semua yang harusnya nyata

Tidaklah salah jika menyimpan rahasia
Tapi jika tak pandai, lebih baik jangan
Jangan menutupi rahasia dengan lagi kebohongan
Kebohongan yang kembali terlahir untuk setiap pertanyaan
Pertanyaan yang terlontar karena sebuah kejanggalan
Kejanggalan yang muncul untuk menutupi rahasia

Dilema…

BY: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra. 16 Maret 2010, 09.57pm

KAMU DAN SAHABATMU

Ku lihat kupu-kupu indah di jarinya
Sembari mengibas sayap kecilnya
Sesekali mengusap kulit halusnya
Lalu sumringah merekahkan senyumnya
Mengguratkan garis lembut di bibir manisnya

Itu yang belum terlihat di wajahmu
Keseharianmu yang membingungkanku
Senyum yang sengaja kau buat untuk setiap sosok yang terlewat
Aku tak tau, mungkin agar mereka terjerat

Aku tidak menginginkanmu
Tentang hatimu hanya kaulah yang tau
Biarkan aku tetap memandangnya
Aku tenang karena melihat matanya

Aku tidak mau memilikimu
Tapi aku menggilai sahabatmu
Maaf jika ku menolakmu
Karena aku menginginkan sahabatmu

Maaf, biarkan aku mencintai sahabatmu…

By: dadarguling95@yahoo.com / manusaallorya@ymail.com
Mansy. sirajuddin Priamitra, Sabtu, 19 Maret 2011, 12.03am

Rabu, 16 Maret 2011

CUKUP APA ADANYA

Jangan pernah berbicara lebih daripada yang ada
Karena tidak semua orang percaya apa yang kita katakan
Berbicara terlampau lebih membuat orang merasa risih
Risih dengan kata-kata yang buat mereka bukanlah kebenaran
Selebihnya adalah bagian dari bualan

Merasa tau semua hal
Merasa lebih dari semuanya

Tidak semua orang buta dari fakta tentang kita
Kelakuan kita
Pembicaraan kita
Kenyataan tentang kita

Jangan buat orang lain berdosa
Dengan kembali membicarakan kita
Hanya karena kita berbicara lebih dari adanya
Dan mereka tau tentang itu semua

Tidak semua orang bisa kita bohongi
Yang selalu saja percaya dengan apa yang kita ucapkan
Yang duduk diam bukan berarti mudah dibodohi
Bisa saja mereka sengaja mendengar tapi berbalik meludah
Itu akan lebih menyakitkan, bukan ?

By: dadarguling95@yahoo.com. / manusaallorya@ymail.com.
Mansy. Siroj Priamitra. 15 Maret 2011, 12.45am

POSITIVE THINKING

Kadang kita perlu bertanya pada lidah yang polos
Untuk lebih tau tentang sesuatu dari sisi yang lain
Agar kita tidak lantas mengecap suatu hal dari luarnya

Seorang wanita yang bekerja di malam hari
Yang mengharuskan untuk selalu pulang di saat pagi
Yang berbanding terbalik dengan orang biasanya
Rasanya tidak bijak jika memutuskan sesuatu hanya karena hal itu
Terlalu picik menghakimi sesuatu dari apa yang sudah kita lihat
Tanpa menelaah dengan mendalam keadaan sebenarnya

Tanyalah pada jiwa yang sebenarnya tidak mengerti kondisinya
Agar kita menemukan jawaban yang lebih terang dari yang kita pikirkan
Berpikirlah lagi dengan mendalam tanpa memilah atau membuang kenyataan
Agar semua fakta tidak tertutupi oleh kejelakan perkiraan kita

Tidak semua yang kita lihat itu benar
Tidak selamanya yang kita pikirkan juga benar
Tidak juga anggapan orang itu salah
Tidak juga yang mereka lakukan itu salah

Biarkan dia berjalan dengan langkahnya
Seketika buat dia menoleh agar langkahnya terhenti
Jika menurut kita di depannya akan ada kerikil atau batu besar
Biarkan dia jalani hidup dengan caranya
Ada saat kita membuka pintu saat ia kembali mendatangi kita
Mungkin dia telah mendapati jalan buntu di kiprahnya

Mari kita melakoni hidup dengan selalu berpikir baik
Dengan itu makna hidup kitapun akan baik
Tidak ada ruginya kita melakukan hal yang baik
Tahan semua dorongan yang membuat parasangka buruk
Jangan juga biarkan lini dunia kita berubah buruk
Tidak pula membuat kita untung atas suatu yang buruk

Ingatlah kawan untuk selalu positive thinking!

By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra. Senin, 14 Maret 2011, 10.50pm

Selasa, 01 Maret 2011

KEBIMBANGAN CINTA

Hubugan tidak punya nama
Status yang tidak mengikat
Cinta tak ubah permainan ?

Mungkin begitu

Bisa menikmati tanpa harus memiliki
Berbuat tanpa harus bertanggung jawab
Cinta sama dengan tempat penitipan ?

Mungkin juga

Mau datang kapan saja, boleh.
Jika bosan lalu pergi, silahkan.
Cinta itu adalah rumah singgah ?

Apa iya ?
Entahlah.

Setiap orang yang bingung akan menyisakan Tanya,
Untuk yang selalu bimbang, cukup jalani dan rasakan
Biarkan cinta yang menyadarkan anda
Baik,
Buruk,
Biarkan cinta yang menunjukkan itu pada anda


By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra, 1 Februari 2011. 10.45pm

YANG TIDAK RAHASIA

Tentang sebuah rahasia
Tidak mudah dijawab
Tidak bisa dijawab
Tidak boleh dijawab
Tidak harus dijawab
Tidak perlu dijawab

Menguak rahasia
Mudah dilakukan
Bisa dilakukan
Boleh dilakukan
Harus dilakukan
Perlu dilakukan

Menyimpan rahasia
Mudah ?
Bisa ?
Boleh ?
Harus ?
Perlu ?

Semua yang mudah,
Rahasia ?
Semua yang bisa,
Rahasia ?
Semua yang boleh,
Rahasia ?
Semua yang harus,
Rahasia ?
Semua yang perlu,
Rahasia ?


By: dadarguling95@yahoo.com. Mansy. Siroj Priamitra, 1 Februari 2011, 08.05pm