WELLCOME TO MY BLOG

di sini lo semua bakal dapat, liat, baca, dan sekaligus menilai coretan tangan dari seorang pendosa mengaku sebagai anak adam yang mungkin buat lo nantinya ya...., sekedar biasa (cuman buat ngisi kekosongan trus iseng nyoret-nyoret ga' penting), lumayan, bagus, jelek, atau jelek banget, ha ha ha... (garing + tengsin). tapi, apalah itu terserah apa yang ada di mind lo semua yang jelas gw secara sadar dan tanpa rasa terpaksa menulis isi di blog ini... SILAHKAN LO BACA APA YANG ADA DI SINI.
tanky bertubi-tubi

Kamis, 28 Oktober 2010

“Ampun Berkedok Serumpun”

Apa yang terjadi di rumah kita
Mungkinkah kita terlalu sopan
Atau memang kita yang tak ada daya lagi,

apa mungkin kita sedang tidur pulas
atau sengaja mematisurikan kekuatan yang ada?
Dengan tetap membelalakkan mata dari apa yang terjadi

Apa arti “ganyang” yang diteriakkan Soekano
Apa guna “perang” yang dijunjung pahlawan lalu,
Kini memang bukan dulu…
Penjajah yang menyiksa fisik
Tapi saat ini,
yang terjadi adalah romusa batin jiwa-jiwa yang runcing

Mengapa hanya bisa mengumpat
Mengapa pula harus berdebat
Hanya karena untuk menentukan sikap

Dunia sekarang sedang tertawa
Kita tak cukup jika hanya menutup mata dan telinga
Dunia ingin kita bangun
Bukan hanya bangun lalu mandi atau gosok gigi

Rumah kita hanya menunggu waktu untuk roboh
Kau tau mengapa….,
Bagaimana tidak…
Semua pilar telah dirongrong oleh lalat dari kandang malay
Dinding-dindingnya sudah sangat tipis diterpa bom hinaan dari semua sudut
Atapnya lapuk lelah dihujani hujatan
Lantai kayunya rapuh diinjak-injak kaki-kaki kasar tak berprikemaluan
Tapi kita hanya bisa menonton kemegahannya yang akan menjadi reruntuhan
Hanya bisa menganga di bawah kolong yang besar membiarkan debu menutupi wajah
Kau tau, Angin sepoi akan menjadi badai dahsyat untuk rumah kita
Ini hanya menunggu waktu, untuk menulis sebuah sejarah memalukan

Untuk apa berunding untuk hal yang tidak perlu
Diplomasi hanya menjadi sebuah akal-akalan
Surat teguran hanya akan menunda ketegasan tumbuh di jiwa kita

Jika seperti ini…, kapan kita bisa melihat anak cucu kita tumbuh dengan hebat

Untuk apa menanam pepohohan, apakah hanya untuk berteduh dikala hujan…
Lalu apa guna kita menggali sumur, jika beralasan sekedar malas untuk ke sungai

Haruskah kita rela melihat generasi kita hilang jiwa beraninya…
Siapkah kita menjadi pemandu jiwa dewasa yang idiot
Maukah seumur hidup kita lalui dibawah tekanan
yang seharusnya kita sendiri bisa kita menekannya
Entahlah…..,
Rumah kita bukan dibangun dengan ribuan senapan dan jutaan tentara
Ia megah karena seratus bambu runcing dan segumpal semangat perjuangan

Mengapa mudah membangun peradaban orang lain di rumah kita
Sedangkan pahatan corak rumah sendiri begitu sulit untuk dipertahankan
Apa semuanya ini…
Jangan membuat penghuni rumah kita semakin gila…
Bangkitlah kawanku…
Untuk anak cucu kita
Demi kelangsungan generasi kita
Bangkitlah…
Bakar lagi semangat yang sempat redam
Bangkitlah…
Demi rumah kita…


By. dadarguling95@yahoo.com
27-28/august/2010- 12.22pm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar